Tokoh  

Yulizal Yunus; Pelopor, Penyelamat dan Penulis Sejarah dan Kebudayaan dari Sumatera Barat

Dr Yulizal Yunus Datuak Rajo Bagindo


Selanjutnya Yulizal Yunus terus bersama budayawan lainnya mengawal Pemajuan Kebudayaan di Sumatera Barat. Ia berpartisipasi sebagai narasumber mengawal sosialisasi Perdaprov Nomor 7 Tahun 2018 itu dalam proses pembentukan budaya hukum “balik bernagari” di nagari sebagai desa adat merupakan sistem otonomi daerah di Sumatera Barat. Diikuti dengan melanjutkan tugasnya pada Tim Konsolidasi Kelembagaan Adat Provinsi Sumatera Barat, yakni mempersiapkan Nagari Lawang di kabupaten Agam dan Painan di Kabupaten Pesisir Selatan dan mengantarnyanya menjadi Nagari sebagai Desa Adat sesuai tuntutan UU Nomor 6 Tahun 2014 dan Perdaprov Sumbar Nomor 7 Tahun 2018, sebagai kegiatan pilot project dimulainya sejak tahun 2016 bersama tim. Kedua Nagari ini siap menjadi Nagari sebagai Desa adat, tinggal lagi menunggu persyaratan Perdakab/ Kota di Sumatera Barat tentang Nagari.


Melihat integritas pengabdiannya ini dalam bagian tugas mengawal kebudayaan di daerah sebagai proses pemajuan kebudayaan nasional, beralasan wartawan budayawan Abdullah Khusairi dan sastrawan Zalfeni Wimra menulis dalam rubrikasi halaman “Wajah” pada Surat Kabar Padang Ekspres Edisi Minggu, 4 Januari 2009 di bawah judul: “Yulizal Yunus Akademisi Budaya Islam dan Minangkabau, Membuhul Agama, Negara dan Nagari”.


Penulis dan Wartawan


Karena banyak menjadi narasumber dalam disiplin ilmu seiiring sistem adat budaya, sejarah, politik, pendidikan, seni dan sistem religi lainnya di samping sebagai dosen, penulis dan peneliti, semakin memicunya banyak menulis masalah-masalah adat budaya. Tulisannya mulai dari bentuk makalah (yang jumlahnya tak terhitung) untuk berbagai event ilmiah dan kebudayaan di tingkat daerah, nasional dan internasional, artikel-artikel (jumlahnya tak terhitung) untuk mass media (cetak, elektronik/ medsos) dan juga dalam bentuk buku yang diterbitkan. Bukunya (baik hasil penelitian, mau karya kreatif) yang sudah diterbitkan adat 120-han dan sudah ada diperpustakaan Kongres Amerika.


Pembiasaan menulis ini dalam pengalaman Yulizal Yunus sudah berlangsung sejak mahasiswa. Bakat menulis itu mendapat tempat sejak tahun 1974, dengan dibukanya dua halaman rubrikasi: “Remaja Minggu Ini” dan “Budaya Minggu Ini” pada Surat Kabar Harian Haluan di Padang yang editonya ialah penyair besar Rusli Marzuki Saria. Kemudian di samping menulis ia mengambil profesi sebagai wartawan, yang banyak menulis news (berita dan laporan perjalanan jurnalistik lainnya), juga banyak menulis views termasuk artikel dan essei budaya, karya kreatif sastra (puisi, cerkan dan kritik) seperti dicatat sastrawan cerpenis Sumbar Dasril Ahmad (2000).

Bahkan Zelfeni Wimra (2007) merekam, bahwa Yulizal Yunus, sudah dapat menulis cerpen pada masa sekolah dasar. Bakat menulis ini sudah sejak kecil, seperti ditulis dalam sebuah buku “Yulizal Yunus Datuk Rajo Bagindo, Biografi Seorang Pendidik dan Pemuka Adat” Nora Yuni Masda (2014:24-25) sebagai karya ilmiahnya di Fakultas Ilmu Budaya Unand Padang yang Dekannya Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan. Pada masa kecilnya masa SD mulai kelas II, telah mulai menulis crpen diasuh gurunya Daniar. Malam-malamnya dimotivasi cerita-cerita pengantar tidur yang biasa disajikan oleh neneknya Tikar ditambah pula kebiasaan mendendangkan novel Minangkabau oleh ibunya Siti Zahara, seperti cerita Malin deman, Rancak di Labuah, Si Gadih Ranti, Nabi Bercukur dan sebagainya.


Sampai ke sekolah menengah Yulizal Yunus terus memperlihatkan kebiasaan menulis itu. Dengan modal kebiasaan menulis dan modal teknik menulis indah halus kasar (kaligrafi), Kepala Sekolah Menengahnya Ramalus Syakur di Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 Tahun Anakan, Batangkapas Pesisir Selatan, mengambilnya sekretaris pribadi, untuk menyalin surat-surat dinas PGA 4 Tahun itu. Sampai masa mahasiswa di perguruan tinggi (IAIN Imam Bonjol Padang) seperti tadi disebut, ia menunjukkan terus kegemaran menulis. Ia bertemu dengan teman-teman gemar menulis, yakni segenerasi dengan Emma Yohanna (Anggota DPD RI), Zaili Asril (Pendiri Surat Kabar Padang Ekspres, mantan wartawan Kompas), Shofwan Karim (mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat), Fachrul Rasyid (Wartawan Senior, mantan Wartawan Tempo), Adi Bermasa (Wartawan Senior, teakhir Pemred Koran Padang), Hemrnan L (mantan wartawan Skh. Haluan, pernah anggota DPR RI) dkk.


Pelopor Pelacak Manuskrip Minangkabau dan Menulis Tokoh


Yulizal Yunus di Sumatera Barat, dikenal sebagai perintis, pelopor pelacak dan penyelamatan manuskrip Minangkabau. Ia sejak mahasiswanya, setiap saat ke daerah bersama Rektor IAIN Imam Bonjol M.Sanusi Latif, tahun 1980, mencari naskah klasik terutama manuskrip yang rata-rata ditulis dalam bahasa Arab – Melayu (Jawi). Kepeloporannya ini pernah ditulis Dosen Kebudayaan Pemerhati Manuskrip Yulvira Riza dan ditayang serta dipublikasi viral dalam situs Manassa http://www.manassa.id/2017/11/yulizal-yunus-sang-perintis-pelacak.html.


Gerakan Yulizal Yunus tidak hanya mencari manuskrip tetapi juga pertama kali berupaya mengoleksi, mengarsipkan dan melakukan penelitian content analysis naskah klasik/ lektur Minangkabau itu terutama karya ulama bersama timnya. Penelitian naskah klasik dan manuskrip ini, pertama kali mendapat sponsorship funding internasional Toyota Foundation Japan, 1998. Penelitian bermitra dengan Islamic Centre Sumatera Barat dan IAIN Imam Bonjol yang ketika itu kedua lembaga ini dipimpin Rektor M.Sanusi Latif. Tim Yulizal Yunus ketika itu M.Sanusi Latif (Ketua), dengan anggota ia sendiri, Nursal Saeran, Safnir Abu Nain dan pembantu peneliti lainnya.


Dampak dari mengoleksi dan menganalisis manuskrip Minangkabau, menginspirasinya untuk mempelopori menulis buku 20 Ulama Sumatera Barat tahun 1981 yang penerbitanya disponsori Islamic Centre Sumatera Barat (ICSB) diterbitkan mataram Offset Yogyakarta. ICSB ketika itu Direkturnya ialah Rektor IAIN Imam Bonjol Sanusi Latief, sedangkan Yulizal Yunsu ketika itu (1980) adalah Kepala Sekretaris Islamic Centre itu.


Sebagai penulis dan wartawan senior mendisiplin diri menulis kebudayaan dan tokoh, Yulizal Yunus dikenal pelopor penulisan ulama sekaligus menulis jaring surau ulama dan tokoh legendaris lainnya serta raja-raja kerajaan kerabat di Minangkabau. Tulisan dan bukunya, memperlihatkan dan memperkuat bukti bahwa Minangkabau dari nagari-nagari yang penduduknya tidak sebanyak daerah lain, membidani lahirnya lebih banyak tokoh nasional termasuk pendiri republik ini, bahkan tokoh-tokoh internasional (seperti Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawiy ahli aritmatik dunia dan imam besar Masjidil haram, Syekh Yassin ahli hadis Dunia dan lain sebagainya), melebihi jumlah tokoh yang lahir dari daerah yang berpenduduk banyak.


Yulizal Yunus dengan tulisan-tulisan tadi, memperkuat theme line Minangkabau sebagai Negeri 1000 Ulama, seperti terbaca dari beberapa bukunya tentang ulama Sumatera Barat dalam proses hendak ingin menulis 1001 ulama Minangkabau. Bahkanbuku-bukunya terakhir menemukan theme line baru bagi Minangkabau, yakni Minangkabau Negeri 1000 Raja di samping negeri 1000 ulama, seperti terbaca dari beberapa buku antara lain: Kesultanan Indrapura dan Mandeh Rubiyah, Kerajaan-Kerajaan Lama Pesisir Selatan di Pentas Sejarah, Kerajaan Taluk dan Pahlawan Tan Sri Dano, Kesultanan Pagaruyung Jejak Islam dari Kerajaan-kerajaan di Dharmasraya, Kerajaan Puluikpuluik Bayang Pesisir Selatan, Kerajaan Sungai Nyalo Pesisir Selatan, Kerajaan Talu di Pasaman Barat dan sebagainya).


Sebut Ibu Megawati, Taufik Kiemas dan Puan Orang Minang