Sastra  

Sastra dan Teater

Kalau sastra itu cermin murni (mir’at shafiyah) atau buah segar (tsamarat lazizah) kehidupan yang mengungkapkan imajinasi, perasaan dan pemikirannya, maka teater adalah kepingan muni kehidupan yang dipindahkan ke pentas.

Secara jujur seseorang mau dan mampu menuliskan life syclenya dan dipentaskan maka sesungguhnya putaran kehidupan sehari-harinya itu sudah merupakan teater murni yang mempertunjukkan kepingan kehidupan seseorang.

Perlu disadari teater sebenarnya tidak hanya dipraktekan apa adanya tetang kehidupan secara alami, tetapi juga harus dibelajarkan. Pembelajaran teater merupakan proses kerja yang serius, karena teater itu bukan mata kuliah hiburan tetapi juga perjalanan pemikiran.

Teater sejak dahulu disadari perlu diajarkan di Fakultas Adab (Fakultas Sastra) IAIN Imam Bonjol baik teori maupun prakteknya. Pernah diajarkan sebentar kemudian hilang lagi.

Tahun 2003 awal periode saya menjadi Dekan Fakultas ini kombinasi ide dosen senior sastra Syafrinal, dibuka lagi mata kuliah al-masyrahiyah (teater) sebagai bagian dari mata kuliah sastra, dan mata kuliah ini langsung saya pegang bersama rekan dosen sastra Syahrinal (purna bakti dari PNS dan tetap mengajar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang) dibantu Hayati (sekarang Dosen IAIN Bukittinggi) dan manajemen serta teknik pementasan dibantu oleh seniman sastrawan dan teaterawan Sumatera Barat Welfeni Wimra (Wimo, kini dosen Fakultas Syari’ah UIN Imam Bonjol).

Dalam pembelajaran dirasakan betul teater bukan hanya mata kuliah hiburan tetapi juga disarati dinamika perjalanan pemikiran dan penayangan kehidupan manusia. Hal yang sangat dirasakan sulit ada dalam pembelajaran teater ini adalah buku rujukan yang berbahasa Arab, meskipun untuk rujukan Indonesia dan Inggiris cukup banyak. Sungguhpun demikian masih tetap dirasakan sulit rujukan teori dan prakter yang secara substansial mempresentasi teater secara utuh. Karenanya buku “Teater” / “al-Masrahiyah” yang ditulis Syafrinal dahulu yang penyiapan materi teorinya dibantu Hayati dan penulisan cerita dan skenario oleh Wimo yang semula sumbangsih ide saya, tersasa amat membantu peningkatan kafaah (kualifikasi) bobot mata kuliah teater di Fakultas Adab. Buku ini menggambarkan yang teori teaternya menawarkan kombinasi seni, di samping praktisi ilmu lainnya.

Diketahui secara kafaah teater itu tidak saja sebagai pengajaran seni kolektif (rupa, gerak dan suara) tetapi juga menyangkut manajemen, psyichologi, sejarah, filasafat dan sastra agung (adab ‘azhim) dan tidak absurd. Sungguh pun demikian tidak sedikit pula terdapat teater absurd (mudhhiq) sepeti juga film dan sinetron Arab dan Indonesia dewasa ini, yakni teater realisme (waqi’iyah) yang mengungkap inti kenyataan tetapi wujudnya terasa tidak nyata. Teater yang benar tidak saja memberikan daya tarik dan memacu diminati penonton juga naturalism (thabi’iyah) dan berangkat dari kehidupan dan budaya.

Ketika teater itu memiliki daya tarik dan memberikan penyegaran sebenarnya yang patut dipuja itu adalah orang teaternya sendiri, bukan penontonnya karena daya tarik teater datang dari kreasi teaterawannya. Artinya teater yang agung tidak saja memberikan empati kepada penonton, tetapi sekaligus menjadi obat penawar dan refresh. Secara empiris seseorang yang menederita gejala kejiwaan, seperti gagu, gagap, minder, introvert, sulit berkomunikasi dalam kelompoknya dan masyarakat luas atau seseorang yang sering demam panggung, maka teater mujarab sebagai obat penyembuh, meskipun teater itu dalam tayangannya memberikan informasi dan gerakan yang mencitrakan teater itu sebuah kehidupan yang gegap gempita.

Buku “Teater” Syafrinal yang saya beri pengantar penerbitannya 7 Agustus 2007, memberikan peluang pemikiran kearah pembelajaran dan praktek teater agung dan memiliki kekuatan penyembuh gejala kejiwaan pelaku teater dan penontotn termasuk pembebasan masyarakat sastara dan teater yang buta terahadap kekuatan tradisional. Bidang teori pemahaman teater dan kerangka teori sastra drama dan seni pertunjukan di samping kolektifitas seni lainnya (suara, gerak dan rupa), teori penulisan naskah drama dan skenario, teknik produksi serta contoh naskah teater yang berakar pada dua tradisi budaya yakni Arab dan Indonesia. Pokoknya menarik dibaca dan menambah wawasan kesastraan dan dunia teater.***