Islam  

Jangan Mengingkari Allah SWT

Oleh: Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo

(Singkatan Kultum Subuh Masjid Sakinah Balimbing Padang, 22 Nov 2022)

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمّ

يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Kaifa takfurūna billāhi wa kuntum amwātan fa aḥyākum, ṡumma yumītukum ṡumma yuḥyīkum ṡumma ilaihi turja’ūn (QS.al-Baqarah 2:28).

Artinya: Bagaimana mungkin kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan.

Manusia itu diberi akal untuk berfikir. Seiring dengan itu diberi petunjuk, tersimpul dalam al-Qur’an. Ayat ini mengajak terus berfikir menganalisa menggunakan akal lalu beristiqamah. Berfikir dan menganalisa kehadirian (hidup) kita mengikuti petunjuk al-Qur’an. Setelah mendapat petunjuk, kenapa harus menjadi orang pasik, mengingkari Allah dan mengabaikan petunjukNya seiring diberi hidup dan kehidupan.

Manusia tidak tiba-tiba ada begitu saja. Berproses. Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta, menciptakan kita. Penciptaan melalui proses orang tua: ayah dan ibu. Ibu dan ayah luar biasa susah. Mengingat susah orang itu, apalagi ibu, bagaimana mungkin tak patuh dan durhaka kepada orang tua, bagaimana mungkin mengingkari Allah SWT dan tak taat kepadaNya. Karenanya berterima kasih kepada orang tua, dan bersyukur kepada Allah SWT. Caranya patuh dan ta’at kepada Allah dan orang tua yang berjasa.

Ahli tafsir misalnya Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, seiring pemahaman Ibnu Abbas sepupu dan sahabat Nabi SAW. Penjelasannya, sebelum Allah menciptakan, kita ini belum ada. Masih mati dalam tulang sulbi ayah. Yang di dalam sulbi ayah itu disebut mai’in mahin (air yang hina), asalnya dari tanah (thin) dari sari tumbuhan/ tanaman, air dan hewan yang hidup di Tanah (didinginkan air dan dipanaskan api). Kemudian setelah hidup, manusia kembali dimatikan (meninggal) dan kembali (dikubur) ke tanah. Dalam kubur menghadapi ancaman siksaan pedih, tak ada yang dapat melindungi sehebat apa dan sekaya apapun di dunia tak ada gunanya. Hanya yang dapat melindungi amal ibadahnya.

Nanti (setelah kiamat dan di mahsar) yang mati dihidupkan (dibangkit) lagi dari alam kubur. Kalau ada, penderitaan yang paling menyakitkan dan pedih di dunia, tidak akan sebanding dengan rasa sakit dan pedih di mahsar nanti, terutama bagi orang yang ingkar Allah dan tidak ada amal ibadahnya. Mata hari sejengkal, menggelegak benak. Sekarang di dunia panas bisa berlindung di kamar rumah, masih panas juga bisa diberi AC. Besok di mahsar perlindungannya tidak ada AC, AC besi itu pun kalau ada bisa menggelegak karena saking panasnya. Tak ke mana mencari perlindungan. Yang dapat melindungi Rahmat Allah dan Syafaat RasulNya sebagai balasan amal ibadahnya.

Pendek kata, manusia dua kali mati dan dua kali hidup. Hidup terakhir mempertanggung jawabkan perbuatan di mahsar. Yang dapat melindungi kita hanya amal ibadah yang dirahmati (disayangi) Allah itu. Kalau tidak ada rahmat Allah SWT, kalau hanya memadai ibadah kita yang kacau, tidak bakal selamat dan tidak bakal bisa kembali ke rumah asli kita sorga. Neraka tantangannya.

Karena itu “kaifa takfuruna billah/ bagaimana mungkin ingkar kepada Allah”. Ingkar kepada Allah, terlihat sikapnya tak peduli pada Allah, enak-enak saja hidup menikmati nikmat hidup pemberian Allah, lupa bersyukur kepada Allah. Tanda bersyukur “ada di dalamnya ingat (zikir)” kepada Allah”, yakni meninggalkan larangan dan mengerjakan suruhannya. Suruhannya, setidaknya seperti amanat rukun iman dan rukun Islam yang lima. Rukun Islam yang lima, yakni mengamalkan dua kalimah syahadat yakni bersyaksi dan kita dilihat Allah dan RasulNya di mana dan kapanpun, diikuti shalat, zakat, puasa dan hajji jika mampu. Sebaliknya ingkar kepada Allah intinya “di dalamnya ada lupa kepada Allah dan nikmatnya”.

Siapa yang bersyukur, nikmatnya bertambah. Sedikit dapat rezki merasa banyak dan puas. Sebaliknya siapa yang ingkar (kafur nikmat), ingat azal Allah itu pedih. Azab itu bukan di akhirat saja. Mulai dari dunia, meskipun bentuk rupa yang rupawan, pangkat tinggi, sekolah tinggi, banyak rezki, tetapi kalau tidak bersyukur, sudah mendapat pula merasa kehilangan. Hidupnya kacau, di rumah kusut, di tempat keraja kusut dan tak disiplin, menjadi buh bibir dan gunjingan, di dalam masyarakat pun orang tak suka. Duduk tegak orang menyebutnya.

Apalagi di akhirat orang yang ingkar dan kufur nikmat itu, tak bisa dibayangkan siksa yang disediakan. Tidak dimasukan ke siksa itu, malah kita menujunya dan disongsong/ dikejar api neraka. Lalu dilemparkan, merayap di atas gelembung api, yang panasnya bisa membakar dunia ini, baru jatuh ke kerak neraka, setelah 70 tahun akhirat. Luar biasa mengerikan, bergidik kuduk kita, menakutkan!.

Wahai seluruh kita masyarakat, ustazd dan jemaah, cucu/ anak kamanakan serta seluruh keluarga. Bagimana mungkin kita mengingkari Allah SWT. Marilah terus, jalanilah perintah Allah dan tinggalkan larangannya. Kalau kita yang pernah terlanjur disadari atau tidak, ingkar pada Allah, pernah berbuat salah, lupa mengerjakan perintahnya dan terlanjur mengerjakan laranggannya. Mintalah ampun dengan meneteskan air mata, tobat. Bertekad kembali memperbaiki amal ibadah kita. Jangan tunggu setelah tua, karena kita tidak pernah berjanji dengan malaikat maut, mati setelah tua. Mumbang jatuh kepala jatuh, tua mati, muda pun mati. Dan, semua kita tanpa kecuali menanti kematian itu. Semoga kita diberi rahmatNya, selamat dunia dan akhirat. Amin!