SAKO’s Journey Napak Tilas Asal Usul

Tim SAKO's Journey di Makam Syekh Muhammad Yatim.

FIKIR.ID – Mengasikkan Memang. Perjalanan SAKO (SAKO’s Journey). Agenda Napak Tilas, menelusuri asal usul. Bulan lalu 3 Agustus 2022 perjalan pertama ke Lawang Nagari Parik Panjang. Kedua bulan ini 3-4 September 2022.

Napak Tilas dipimpin dua Datuk Perpatiah. Metode, membaca nan tersurat (teks) dan nan tersirat (dalam pikir dan talk). Metode paling mengasikkan, nan tasuruak (nan sapinjik yang disembunyikan: act dan artefak dsb), kata Dt. Tan Patiah.

Rute SAKO’s Journey kedua ini Batu Balang Kelarasan Taram dulu Kabupaten Lima Puluh Kota Luak Nan Bungsu. Pertama event Pra peresmian Museum di Rumah Panjang Suku Bodi induak Lasmidar bimbingan Bundo Yapriati dan literasi Yulfian. Dibina SAKO dan Museum Adityawarman Disbud Sumbar. Hadir Datuk Penghulu nagari, Kadisbud Sumbar beserta Kepala Museum Adityawarman, Sumbar, AMIDA, Kepala BPCB Sumbar, Riau dan Riau Kepulauan dan SAKO Sumatera Barat.

Kedua melihat peninggalan Rajo Batu Balang Simarajo Basa dan makam. Direfresh oleh Ota siciety di lapau kopi. Terus ke Lintau dan Mangian lainnya di Kabupaten Tanah Datar Luak Nan Tuo.Berjalan siang malam, rasa tak kenal lelah.

Apa pasalnya? Soalnya pertama peserta orang pajalan semua. Kaya teller history. Mereka ada Dt.Parpatiah/ ibu, Dt. Tan Patiah/ ibu. Dt. Parpatiah Pangian, Dt.Rj Bgd/ ibu, Bundo, Dt.Tan Patiah Ketua KAN Pangian, Malin, Mak Katik, Dt. Putiah Suayan, Dt Maninjun Parik Malintang, Dt.Basa Nan Balimo, Angku Janiah lainnya. Di mana duduk tagak, singgah minum kopi di lapau, penuh tawa. Keluar segala kepandaian dan jurus- jurus silat kata. Gembira.

Semangat hidup justru teringat manfaat perjalanan. Motivasi tak sekedar jalan-jalan tapi pengetahuan. Ada makna, kata orang cadiak pandai masyarakat tradisi/ adat: jauh berjalan banyak yang dilihat. Lama hidup banyak yang dirasai. Adalah esensi dari budaya berjalan Nabi SAW.

Sabdanya, nazhariy ibaran (aku melihat langsung belajar/ baru saja buka mata, belajar). Esensinya, pengalaman belajar lapangan. Betapa tidak mengasikan berjalan bersama SAKO. “Tak takana litak lai” (tak lagi kenal lelah).

Kata orang akademisi pengalaman dapat dikonversi jadi pengetahuan. Pengetahuan dapat diolah secara sistemik menjadi ilmu. Melahirkan konsep-konsep dengan indikatornya lebih lanjut menjadi based teori-teori. Luar biasa, perlanan yang benar bukan sekedar berjalan-jalan. Tetapi berjalan sambil menimba ilmu. Filosofi perjalanan wisata, begitu kata syara’.

Benar Rasulullah menyebut. Ada 5 fawaid (manfat, benefit) perjalanan wisata). Pertama tafarrujulhammi (refreshing/ penyegaran). Kedua iktisab ma’isyah (mencari hidup/ bisnis/ usaha). Ketiga al’ulum (memperkaya ilmu).Keempat al-adab (mempertinggi peradaban). Kelima shubatul majid (mencari mitra seimbang/ kawan yang baik-baik). Begitu petunjuk rasul dalam mengadakan perjalanan wisata, dalam perspektif syara’. Hanya saja yang terakhir dalam prakteknya, yang dicarikan “kawan yang baik” justru salah maksud. Wisman bule datang, dikasi kawan cantik-cantik! He he. Kena razialah oleh Satpolpepe! Astagfirullah. Kalau itu, baguslah mereka di Barat saja.

Makanya SAKO’s Journey, mencari ilmu, kawan mitra seimbang bicara sharing melecut pemangku adat napat tilas asal usul, agar sadar mempertahankan hak-hak tradisional adat. Lalu, melaksankan adat dengan baik.

Ketiga perjalanan dilanjutkan ke Lintau Buo dan Pangian Nagari terbaik dan KAN terbaik di Tingkat Sumatera Barat.

Malam di Nagari Pangian mangkal pada rumah Datuk Parpatiah Ketua KAN Pangian. Sampai malam mencari asal usul nan tasuruak. Dicari di Baliak Tambo. Sampai buka ranji bermeter-meter raja-raja Minangkabau dan Susur Galur Raja Minangkabau dan Negeri Sembilan Darul Khusus, koleksi Dt Parpatiah. Ketawa lebar pecah ketika masing-masing tim cari kaum, ternyata tak ada dalam ranji. Ha ha… tertawa lebar sampai subuh.

Pagi Minggu, 4 Sept, Tim SAKO’s Journey melanjutkan napak tilas asal usul. Tujuan utama ke Sandaran Rajo, Tampat Rajo Adat di Padang Sekurimbang.

Sesudah sarapan. Beberapa orang meresek (meriset) makam tetua Sirajo sejak lebih dua abad lalu. Syekh bergelar Angku Mudo Latiak pernah berguru di Ulajan. Ia keramat. Makam tepat di belakang rumah anak Dt Parpatiah jalan Lubuak Batang jorong lb batang.

Setekah itu merangkak ke Puncak Padang Sikurimbang Tampat Sandaran Rajo seperti tadi dilsporkan Fikur.id. Sesudah Zuhr ini setelah makan siang melanjutkan nalak tilas.

Pertama menziyarahi makam cicit rajo adat Syekh M. Yatim turun dari lubuk kuantan. lebih tua dari Sirajo tadi.

Lalu ziyarahi makam Dt Tan kayo. Cucu kamanakan Rajo Adat. Tan Kayo itu kata Malin, singkatan dari Tangkai Alam Minangkabau di 4 Koto.

Singgah di Kandang Hariman. Tampek uji bagak di Minangkabau. Ada yang sengketa tokoh, diadu kepandaian cakak di situ. Siapa kalah jatuh ke kandang harimau sedalam 6 meter itu kata Dt Parpatih. Saya, kandang itu ditimbun sampah buang semena-menang. Pembuangnya mudah- mudahan tak jatuh ditangkap harimau.

Terakhir, sore ini sambil balik ke Padang, singgah di balai- balai adat Pangian. Di situ ada tabuah nagari. Dulu sebagai tanda. dipukul oleh Rajo Putiah penghulu suku Tapi Air fungsi dubalang Nagari Pangian di Luak nan Tuo Tanah Datar.**