Syekh Ali Al-Habsy, Imam Besar Masjil Aqsha

FIKIR.ID – Indah, sejuk, terasa berkah dan bermaknanya setangkai doa Yang Mulia Imam Besar dan Khatib Masjidil Aqsha (Bait Al-Muqaddas). Ialah Syekh Ali Al-Habsy (60-han), yang kepadanya kami sempat meminta doa untuk anak-anak, keluarga dan saudara-saudara mukmin. Do’a dilafalkan dengan vokal jernih, bahasa yang fasih dan suara bersih dari Yang Mulia Imam Besar itu. Menyusul dialog sekitar setengah jam lebih di Masjid Al-Nabawi Al-Syarif – Madinah, pasca syuruq (terbitnya matahari, awal dhuha), 25 Agustus 2023.

Tawadhu’ Enjoy bedialog

Dengan rahmat Allah, diberi hati yang tenang, saling senang berjumpa dan enjoy berdialog dengan dhuyuf rahman (tamu Allah) orang nomor satu di Madjid al-Aqsha Palestina ini. Ia ramah dengan performance sejuk, tawadhu’. Alhamdulillah, Allah SWT memperkenankan doa tadinya ba’da shalat, berilah kesempatan kami bertemu dengan orang-orang baik di Harramain (Mekkah – Madinah) ini! sebut Sukrawati, bersyukur.

Kalau Allah mempertemukan orang baik dalam Islam, cepat terjalin persaudaraan tak pilih waktu dan rencana tempat. Di Pelataran Masjid Al-Nabawi Al-Syarif itu, menjelang keluar Masjid Al-Nabawi Al-Syarif di pintu 236 tidak jauh dari Tower Thaba (Abraj Thaba), hotel penginapan kami di Madinah, Allah memberi rezki bertemu Imam Besar Masjidil Aqsha di Negara Palestina, sebuah negara Arab yang amat dikenal di Indonesia dan banyak dibantu.

Awal mula dari tegur sapa santun dengan senyum ramah Yang Mulia Imam Besar itu. Dalam perkenalan singkat, ia menyapa ramah. Dalam bahasa Inggiris terbata-bata semula keluarga Sukrawati menyahuti. Allah membuka peluang menyambungkan komunikasi serasa silaturrahmi (berdusanak). Sertamerta komunikasi dan dialog tersambung.

Indonesia? Atau Malaysia? Indonesia Yang Mulia!
Siapa nama? Sukrawati!
Yang Mulia?
Saya Ali Al-Habsy Imam di Masjidil Aqsha! Yang Mulia memperkenalkan diri dengan rendah hati dan tawadhu’.

Subhanallah, Sukrawati berdecak: amazing, luar biasa! Senang berjumpa dengan Yang Mulia!

Bisa berbahasa Inggiris? Arab?
Bahasa Arab tidak ! Bahasa Inggiris tidak juga, kecuali sedikit sedikit – can just talk a little! Tapi suami saya bisa bicara Arab! Di mana dia? Sudah balik ke Tower Thaba Hotel! Kesanakah kita? Ia tertarik, dengan ramah dan rendah hati ingin bertemu keluarga Indonesia.

Mengetahui keterbatasan bahasa Lalu Yang Mulia Imam Besar menelpon sahabatnya. Tak lama datang. Namanya Kasif Heer dan seorang lainnya piawai dengan kameranya. Kasif Heer anak muda cerdas, mahir Arab dan pintar bahasa Indonesia. Ya Ia orang Indonesia. Pernah diundang Gubernur ke Masjid Raya Sumatera Barat, sebutnya.

Izin Yang Mulia, sebentar, saya call suami! Tersambung, tak lama saya datang. Yang Mulia Imam Syekh Ali Al-Habsyi menanti dengan senang dan ramah. Serta merta berangkulan tanda persahabatan. Saya berkata dalam kagum, “mimpi apa saya, bertemu dengan Imam Besar” ! Allah SWT yang mempertemukan kita! Istri saya memperkenalkan suami (nama Yulizal Yunus mengajar di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol di Padang) dan saya benarkan dengan cakap Arab seadanya. Ia paham dan senyum seulas ramahnya mekar, sedekah bagi kami sekeluarga.

Profil Syekh Ali Al-Habsy dalam Citra Selintas

Syekh Ali Al-Habsy Imam Besar Masjidil Aqsha ini, bertemu serasa di Masjid Aqsha Palestina. Alhamdulillah, orangnya ramah berperawakan tinggi, kulit bersih dekat ke putih, berhidung mancung, berbadan sedang, gagah, santun, pemurah, mudah senyum dan rendah hati, tawadhdhu’.

Berjenggot putih lumayan tebal bersambung jambang dan rambutnya yang putih, berpakaian jubbah dan sorban putih menambah kharismanya sebagai imam dan ulama dunia. Mata sedikit agak sayu dimungkinkan karena beliau Yang Mulia Imam banyak berjaga dan ibadah malam dengan nawafil (amalan sunatnya yang kaya) mendekat kepada Allah, menandai banyak berdzikir, membaca terutama membaca Al-Qur’an memelihara hafizhnya.

  Apalagi dimungkin Yang Mulia senantiasa waspada, betapa Yang Mulia Imam, bertarung dan berjihad, berjuang mengimami umat di Masjidil Aqsha. Pasti tidak selalu aman, karena digoyang konflik Palestina - Israel. Palestina senantiasa digaduah Israel, bahkan perang, diserang sedang shalat oleh tentara Israel itu. Hafizhahullah, semoga Allah memeliharanya, tetap sehat, tetap terpelihara ibadahnya dan Allah SWT senantiasa memberi redha dan Jannah. Amin! 

Mencermati ujung nama Imam Besar Masjidil Aqsha ini “Al-Habsy”, pikiran saya bekerja, dimungkinkan beliau bertali rahim (putri Nabi SAW Fathimah Az-Zahra) dan bertali nasab sahabat sekaligus minantu Nabi ialah Ali bin Abi Thalib. Artinya Al-Habsy juga dimungkinkan bagian dari keturunan Nabi SAW melalui tali rahim putrinya, tali nasab menantunya serta cucunya Sayyidina Husein. Wallahu a’lam!

Justru di Indonesia laqb (gelar, panggilan) Al-Habsy itu termasuk terbanyak dikenal seperti juga di Yaman. Sudah dikenal, bahwa Al-Habsy itu disebut bagian keturunan “anak cucu” Nabi SAW. Tali Rahim dan tali Nasab “Anak Cucu” Nabi SAW. Selain Al-Habsy dikenal juga dengan laqb (gelar, panggilan) untuk laki-laki dipanggil dengan Habib (minal Habaib), Syed – Sayyid Alaydrus, Al-Attas, Al-Haddat dan mungkin juga Assegaf lainnya. Sedangkan untuk perempuan dipanggil Sayyidah dan atau Syarifah (lihat juga, Rusman Hidayat Siregar, “Asal Usul Al-Habsyi, Marga Keturunan Rasulullah SAW yang Banyak Tersebar di Indonesia”, SINDOnews.com: 31 Agustus 2023). Wallahu A’lam!

Dalam “pikir pelita hati, nanang beribu aka” saya tadi itu, rupanya Syekh Ali Al-Habsy sudah didampingi sahabatnya Kasif Heer yang tadi diteleponnya. Ia memperkenalkan diri. Saya mahasiswa beliau Syekh Imam Besar ini, katanya rendah hati.

Pikiran saya bekerja pula, begitu Kasif Heer menyebut sebagai mahasiswa Syekh Ali Al-Habsy, maka Syekh yang dilekatkan kepada nama Imam Besar Masjidil Aqsha “Syekh Ali Al-Habsy” ini, bukan sekedar untuk menyebut tokoh yang berkelas ulama besar dan sepuh, tetapi juga bermakna professor. Berarti Imam Besar Masjidil Aqsha ini, guru besar, guru besar dari Kasif Heer. Di Palestina? Di Mesir? Saya tak melanjutkan tanya.

Serasa Sedang Berguru pada Syekh Ali Al-Habsy

Justru pula, terasa ilmu Syekh Imam Besar ini kebesarannya dan kedalaman ilmunya, yang keluar dari tutur Arabnya yang lancar – mudah dipahami menandai pemifikirannya yang luas dan bernas. Ada banyak esensi tuturnya bagaikan tausiyah pencerahan dan pencerdasan. Saya dan keluarga serasa sedang berguru dengannya. Saya niatkan sedang berguru dengannya.

Di antaranya isi tausiyahnya saya tangkap: pertama tentang persaudaraan dalam Islam. Kedua tentang mempertahankan persaudaraan dalam Islam serasa silaturrahmi (hubung tali rahim plus tali nasab). Ketiga tentang Palestina dan Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia adalah bersaudara dalam Islam di bawah payung panji Sayyidina (Bagindo) Rasulullah SAW. Tak ada yang berbeda, selain tingkat ketaqwaan. Inna Akramaku ‘indallahi atqakum, sebenarnya di sisi Allah yang paling mulia itu adalah ketaqwaan.

Pertama tentang persaudaraan dalam dunia Islam. Intinya, bahwa persaudaraan yang dilandasi imam, akan tak tergoyahkan. Ibarat bangunan yang utuh saling mengokohkan. Pertebal keimanan dan jiwa Islami muslim. Justru berpotensi memberikan kesejukan kepada seluruh manusia di dunia. Islam rahmatan lil’alamin (rahmat semesta). Innamal mukminuna ikhwah, hanya persaudaraan abadi itu ada di kalangan orang beriman.

Persuadaraan di dalam Islam dengan dasar keimanan, kita merasa satu kerabat keluarga. Sudah sejak lama suara ini dikumandangkan Syekh Imam, termasuk sewaktu ia pernah ke Indonesia. Sudah lama terdengar ia menyatakan bangga dengan umat Islam di Indonesia. Menginspirasi dunia untuk bersatu dan mempersatukan umat Islam (baca juga Metrotvnews.com, Minggu 23 Okt 2016). Indonesia umat Islam terbesar damai dan toleran tak saling serang dan tak ada perang, disebabkan merasa paling benar, malah sebaliknya merasa bersaudara diikat keimanan yang kuat.

Tali pengikat persaudaraan itu iman. Rasa dekat antara satu dengan yang lain. Saling menghormati dan ta’awun. Dengan ikatan iman saling membina sahlihatul a’mal, kesalehan sosial, di antara kita bersaudara. Tali persaudaraan dengan ikatan iman seperti itu akan memudahkan kita meraih rahmat Allah. La’allakum turhamun.

Kedua, kita bersaudara. Mari kita jaga dan mempertahankan persaudaraan dalam Islam, sampai merasa, serasa silaturrahmi (hubung tali rahim plus tali nasab). Siapa yang menyambung tali rahim, Allah akan menyabung hubungan dengannya. Malah saya merasa pertemuan ini bagaikan pertemuan silaturrahmi. Serasa pertemuan sekerabat keluarga dan berdusanak. Kita merasa dekat serasa kerabat keluarga, kata Syekh Imam lagi dalam bahasa Arab yang indah serasa seluruhnya membaca nas mulia.

Saking akrab pertemuan pasca subuh – menjelang duha di Masjid Nabawi ini, yang mulia Syekh Imam sudah panjang lebar berdialog dan bersedekah ilmu. Karena sudah merasa dekat serasa berdusanak, Yang Mulia Imam menanyakan prihal anggota keluarga. Berapa orang anak-anak? Kami jawab, 6 orang, 3 laki-laki dan 3 perempuan! Alhamdulillah !, jawabnya senang. Di mana mereka? Si bungsu masih sekolah dan lima lainnya sudah lepas sekolah dan telah bekerja ada di pemerintah dan swasta! Alhamdulillah!, Yang Mulia Syekh berucap sambil tersenyum senang.

Ketiga, tentang bangsa dan negara Palestina dan Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia, disadarkan, kita umatan wahidah, satu: umat Islam. Kita bersaudara dalam Islam di bawah payung panji Sayyidina (Bagindo) Rasulullah SAW. Tak ada yang berbeda. Yang dibedakan oleh Allah SWT, adalah tingkat ketaqwaan. Justru Inna Akramaku ‘indallahi atqakum, sebenarnya di sisi Allah yang paling mulia itu adalah ketaqwaan.

Artinya persaudaraan, ukhuwwah Islamiyah, tak membedakan bangsa dan negara, bentuk wajah dan kulit. Tak ada beda Arab, Palestina, Indonesia dan bangsa lainnya di dunia, isyarat Syekh Imam Besar dengan tawafhu’.

Shadaqtum (benar antum) ya Yang Mulia! Faktanya: Indonesia sangat mencintai dan senang membantu saudara-saudaranya di Palestina tempat berdiri anggun Masjidil Aqsha dan dihormati seperti juga Harramain (Mekah – Madinah) ini. Hampir setiap masjid dan berbagai tempat masyarakat Islam mengajak membantu Palestina di samping saudara Islam pada bangsa-bangsa lainnya di dunia, respon saya. Syekh Imam manggut-mangut senyum senang.

Syekh Imam berkata lanjut, kita semua umat Islam tak pilih kasih kepada bangsa-bangsa lainnya terutama Islam di dunia. Kita bersaudara dalam payung Sayyidina (Bagindo) Muhammad SAW, yang berjasa sebagai Rasul Allah menegakkan akhlak karimah, akidah, syari’at dan tak putus menebar risalah Islamiyah meski dalam suasana sesulit apapapun pada masanya.

Di bawah payung muhammadiyah (pengikut Muhammad) kita bersatu menjadi umat yang satu, umat Islam, bagian rahmat untuk kita. Justru Nabi Muhammad SAW itu tauladan dan rahmatan lil’alamin (membawa kasih sayang bagi seluruh umat di alam semesta). Bersyukur kita sebagai umatnya. Bertambah rasa cinta kita kepadanya Nabi SAW. Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in sallama tasliman katsira. Menyertai rasa syukur alhamdulillah ke hadhrat Allah, subahanallahi wa bihamdih, maha suci Allah besar nikmatNya dan besar terima kasih kepadaNya Subhanahu Ta’ala.

Berkunjung ke Indonesia
Di akhir pertemuan, Syekh Ali Al-Habsy, menyebut akan berkunjung ke Indonesia. Ada rencana ke Jakarta. Insya Allah ! Kalau boleh singgah ke Padang, tawar Sukrawati dan suaminya! Insya Allah! katanya lagi sambil bibirnya komat kamit berdo’a. Alhamdulillah.

Syehk ImAM Senang dengan Indonesia. Ingin sering berkunjung. Kalau tidak salah tahun 2016 pernah ke Indonesia. Justru ia sejak awal bangga dengan umat Islam di Indonesia ini. Karenanya banyak berharap, bahwa umat Islam di Indonesia selain terbesar dan toleran juga dengan suasana damainya, bisa menjadi pelopor kebangkitan umat Islam di dunia. “Karenanya, saya ingin berkunjung dalam waktu dekat ini ke Indonesia”, kata Yang Mulia Imam.

Kasif Heer sahabat dan mahasiswa Syekh Imam itu berkata, kalau Yang Mulia Syekh Imam, jadi ke Indonesia, mudah-mudah singgah ke Padang – Sumatera Barat, bantu ya! Inya Allah kami bangga membantu dan senang menanti kunjungan! Insya Allah nanti kami berkhabar di Sumatera Barat, kapan telah pasti Yang Mulia Syekh Imam berkunjung, kami optimis.

Tentulah kita bangga Syekh Imam Besar Masjidil Aqsha berkunjung ke Indonesia. Karena selain mendapat kunjungan Imam Besar Masjidil Aqsha yang pernah menjadi kiblat umat Islam sebelum ke Ka’bah – Masjidil Haram Al-Syarif, juga kita bangga membuktikan bahwa Palestina selama ini diakui sebagai ikhwah fil Islam (saudara dalam Islam) oleh orang Indonesia, dan senantiasa membantunya dari jarak jauh, sekarang bisa bertemu langsung dengan orang nomor satu di Masjidil Aqsha yang mengimami rakyat Palestina itu. Mudah-mudahan membawa berkah dan bermakna bagi umat Islam.

Setangkai Indah Doa Ulama Syekh Imam

Usai pertemuan, Yang berbahagia Imam Masjidil Aqsha, atas permintaan kami dengan murah hati, khusuk dan tawadhu’, berkenan menghadiahi kami setangkai doa yang indah dan bermakna. Kami mengaminkan. Kami harap mendapat rahmat Allah, doa ulama sangat berharga, siapa tahu dari mulutnya doa diijabah, satu diajabah semua diijabah, doanya yang indah yang diminta diijabah, berdo’a bersasamanya diijabah, mengaminkan doa saudara apalagi doa dari ulama diijabah, dalam doa bersama Syekh Imam Besar ini semoga Malaikat turun turut mengaminkan. Perkenankanlah ya Allah. Seperti, kaum muslim berkumpul berdoa bersama, dengan mengucapkan amin. Ya Rabb, berilah ijabahMu Allah SWT.

Terasa doa ulama berkah dan bermakna menetramkan batin, menenangkan hati. Khusus doa untuk anak-anak dan keluarga kami disertai doa untuk orang mukmin dan muslim umumnya. Anak menjadi anak yang saleh, qurratun a’yun, tidak saja menjadi perhiasan duniawi tapi terlebih memberi harapan pembelaan kehidupan ukhrawi yang indah di sisi Allah. Anak menjadi kebanggaan keluarga juga menjadi pembawa kebanggaan dan harapan bagi semua kerabat tali rahim dan tali nasab, harapan masyarakat, harapan bangsa, harapan negara dan harapan Islam agama Allah. Semua menjadi keluarga yang bahagia dan saleh.

Ada rasa sejuk dan tenang di hati mendapat hadiah doa dari ulama dunia. Doa dibentangkan indah dilafalkan lancar dengan suara indah, khusuk dari lisan seorang ulama dunia yang tawadhu’ rendah hati semoga makbul. Makbul tidak saja yang dido’akannya, tetapi bagi makbul bagi yang berdo’a Yang Mulia Syekh Imam Besar serta keluarga dan sahabatnya. Semoga beliau Imam Masjidil Aqsha Syekh Ali Al-Habsy, sehat selalu dan senantiasa lancar mengimami umat dari Masjidil Aqsha yang pernah menjadi kiblat umat Islam itu. Demikian pula bagi Palestina kita berdo’a, semoga senantiasa dilindungi Allah SWT dan dirahmatiNya selalu tak gentar menghadapi musuh Islam di sana. Amin! **