Makam Tan Sri Dano di Taluak Bandasapuluah Dipugar

FIKIR.ID – Tan Sri Dano legitimed (diakui) masyarakat sebagai pahlawan, meskipun belum ada legitimasi formal (SK dari Presiden/ pemerintah) sebagai pahlawan. “Perlu diusul”, pernah saran Bupati Hendarajoni dulu saat meresmikan Pantai Tan Sri Dano di Taluk tahun 2016, pasca saya membentang Tan Sri Dano. Makamnya di sebuah bukit tak jauh dari pelabuhan lama Taluk. Pasca siyarah makam oleh kegadangan kaum suku Kampai Bendang Aris Sae Dano dari Alam Surambi Sungai Pagu dipandu kaum Kampai payung Rajo Bagindo diwakili Mawardi Panungkek Rajo Bagindo dan Syahrel Imam Rajo Bagindo serta masyarakat, didapat kesepakatan awal makam Tan Sri Dano akan dipugar. Justru berpotensi menjadi situs sejarah Pantai Barat Sumatera yang boleh diangkat menjadi DTW budaya.

Jasa Tan Sri Dano, masyhur berhasil mematahkan bodyguard Portugis orang Rupit di Pantai Barat Sumatera abad ke-16. Pahlawan ini dari suku Kampai Bendang, dalam kagadangan Inyiak Datuk Sae Dano seperti tadi disebut, dalam payung Inyiak Majo Lelo Alam Surambi Sungai Pagu. Turun ke Banda 10 mencakam di Bandar Taluk (sekarang Nagari Taluk). Taluk satu di antara Bandar dari 10 Bandar Banda-X pada abad ke-16.

Kontroleur J.C.Van Eerde Menyebut Tan Sri Dano

Kembali saya ceritakan, setelah tulisan saya, mengenal lebih dekat Tan Sari Dano yang viral dari situs Bandasapulu.com. Pemerintah colonial Belanda menyebut Tan Sri Dano bersumber dari kisah rakyat yang menyebutnya secara legitimed kepahlawanan Tan Sri Dano. Di antaranya pemerintahan Belanda yang menyebut Tan Sri Dano adalah kontroleur Belanda J.C.Van Eerde. Ia Controleur BB te Balai Selasa, pernah menyebut Tan Sri Dano itu dalam buku yang ia ditulisnya di Ajer Hadji (Air Haji) Sumatera Westkust (Sumatera Barat) tahun 1893.

Judul buku J.C.Van Eerde Controleur BB te Balai Selasa itu adalah “Minangkabausche Poezie (Puisi Minangkabau)”. Pada halaman 557 ia menyebut sebuah nama besar Sari Dano dalam sebuah puisi (jenis petiti):

Tjino di pasa Bangkulu
Sari Dano ampang limo
Ampunlah sajo dipanghulu
Sambah didjanang katibonyo

(Cina di pasar Bengkulu
Sari Dano panglimanya
Ampunilah saya di penghulu
Sembah di janang ke alamatnya)

Di bagian lain halaman 534 ditulis J.C.van Eerde, menyebut “…martabat duo langgam parasilaan penghulu itulah baruleh limpah Bendang mu’adjizat kebasaran daripado radjo Sultan Iskandar Muddaulato Djohan nan Badaulat…. (martabat dua langgam duduk bersila penghulu, itulah anugerah dari limpahan suku Bendang, mu’jizat kebesaran dari raja Sultan Iskandar Muda Johan Yang Berdaulat …” . Juga disebut martabat penghulu anugerah limpahan suku Bendang mu’jizat kebesaran dari tiga raja beradik berkakak, raja yang memerintah di Romawi (Sultan Maharaja Alif, yang tua), Raja yang memerintah di Cina (Sultan Maharaja Depang, yang tengah) dan raja yang memerintah di Minangkabau (Sri Sultan Maharaja Diraja , yang bungsu).

Ada kata Bendang, dan nama-nama: Sari Dano (Sultan/ Tan Sri Dano), Sultan Iskandar dan tiga raja di Romawi, Cina dan Minangkabau bagian dari sejarah Pantai Barat kawasan Banda-X dan Alam Surambi Sungai Pagu sebagai pucuk rantaunya. (Kampai) Bendang dilihat dari Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu adalah suku based kaum Tan Sri Dano. Ia diangkat menjadi Panglima Pantai Barat masa Raja Aceh Sultan Iskandar.

Asal usul Tan Sri Dano

Tan Sri Dano (gelar awal Sae Dano), berada dalam susunan kaum Kampai Bendang, pada Kampai 24 ibu, dalam kagadangan Datuk Sae Dano dalam payung Inyiak Majo Lelo. Suku Kampai nan 24 ibu, mempunyai susunan kepemimpinan adat, yang raja adatnya ialah Tuanku Rajo Bagindo, duduk di Istana Balun Alam Surambi Sungai Pagu (Solok Selatan, Sumatera Barat sekarang).

Susunan Suku Kampai 24 ibu itu terdiri dari: (1) Bendang nan-4 (berempet) dipayungi Inyiak Majolelo, dengan 4 datuknya yakni: Datuk Rajo Alam Nagari, Datuk Bando Putiah, Datuk Sae Dano (Sari Dano?) dan Datuk Rajo Kobo, (2) Kampai Tangah Nyiur Gading nan-8 (Delapan) dipayungi Inyiak Tan Tejo Dirajo, didukung dengan 8 datuk: Dt. Garak Bumi, Datuk Rajo Batampat, Datuk Bagindo Sati, Datuk Rajo Pasero, Datuk Rajo Bukik, Datuk Rajo Mandirikan, Datuk Rajo Bandaro dan Datuk Sutan Nan Kodo; (3) Kampai Sawah Lawe nan-7 (bertujuh) dipayungi Inyiak Rajo DiAce, dengan 7 datuk yakni: Datuk Sandi Urang Batuah, Datuk Rajo Bintang, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Lembang Bukik, Datuk Rajo Saalam, Datuk Rajo Nagaro dan Datuk Unggun Dadak Jelatang; dan (4) Kampai Air Angat nan-5 (berlima) dipayungi Inyiak Rajo Penghulu dengan 5 datuk: Datuk Gantar Alam, Datuk Senggayo, Datuk Ganti Batuah, Datuk Timbua Batuah dan Datuk Rajo Paranggi.

Dalam catatan saya (diminta koreksi, penghulu kampai nan 24 ibu), dahulu struktur suku kampai nan-24 ibu ini terdiri dari: 1 Rajo Tuanku Rajo Bagindo, berpangkal dari 3 Inyiak: (1) Inyiak Majolelo, (2) Inyiak Rajo di Ace dan (3) Inyiak Rajo Panghulu. Terdapat 24 Datuk didukung 11 struktur pelaksana pemerintahan adat yakni: (a) Sandi Tuanku Rajo Bagindo, Datuk Urang Batuah, (b) Urang Gadang, Datuk Rajo Bintang, (c) Manti, Datuk Ganti Batuah, (d) Jorong, Datuk Rajo Garak Bumi, (e) Ampang Limo, Datuk Singo Rayo Putiah, (f) Hulu Balang, Jo Intan, (g) Juaro, Jo lahir , (h) Qadhi, Datuk Kali Bandaro, (i) Urang Tuo, Datuk Bagindo Rajo Bukik, (j) Kehakiman, apakah urang tuo itu juga ?, (k) Khalifah, Datuk Rajo Saalam.

Beralasan fakta asal usul Tan Sri Dano di Taluk Panglima Pantai Barat Sumatera itu, adalah dari Kagadangan Sae Dano Kampai Bendang nan-4 dalam susunan Kampai nan-24 ibu di Alam Surambi Sungai Pagu. Justru asal usul penduduk Taluk dari sana juga.

Di Taluk nama besar Tan Sri Dano ini, dipakai menjadi nama Pantai Tan Sri Dano Taluk, seperti juga saya sebut dalam booklet saya “Tamasya ke Kawasan Wisata Taluk, 2010”, yang zona utamanya terletak di rute Km. 101-102 Jl. Padang – Kerinci – Mukomuko, atau 26 km dari Painan ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan.

Makam Tan Sri Dano

Makam Tan Sri Dano seperti tadi disebut terdapat pada sebuah bukit tampat (makam tua keramat) tak jauh dari pelabuhan lama Bandar Taluk. Mejan makamnya disebut dari Aceh import Turki. Tanggal 28 Juni 2022 lalu diziarahi keluarga kaum Kampai Bendang yakni Kagadangannya di Alam Surambi Sungai Pagu adalah Datuk Sea Dano yang sekarang dipegang Aris. Ziarah ke makamnya di Taluk ini oleh keluarga dipandu dusanak suku Kampai Nyiur Gading Taluk payung Datuk Rajo Bagindo, di wakili Syahrel Imam Rajo Bagindo dan Mawardi Panungkek dari Datuk Rajo Bagindo diikuti beberapa masyarakat Nagari Taluk.

“Bulu roma saya berdiri” kata Aris pemengang kagadangan Sae Dano pada Kampai Bendang di Alam Surambi Sungai Pagu itu ketika ia ziarah itu. Saya minta rombongan tak jauh dari saya. Karena memang saya rasakan, yang bermakam di sini ialah inyiak kaum kita, kata Aris Sae Dano. Diamini oleh Datu Sari Dano kagadangan Kampai Bendang Pelangai, yang duduk bersama di warkopnya di Taman Budaya Padang, pasca Aris Sae Dano kembali dari ziyarah makam.

Kata Aris, dari pembicaraan awal kami sudah bersepakat merencanakan hendak memugar makam tua Tan Sri Dano ini. Saya telah berbicara dengan beberapa penghulu di 10 nagari dalam subkultur Banda-X. Mereka setuju bersama membantu. Buatlah perencanaan dan biaya serta pastikan lahan arena lokasi pemakaman itu, nanti kita persamakan, kata Aris menirukan persetujuan penghulu 10 nagari yang dulu Banda-X itu.

Syahrel Imam Rajo Bagindo dan Mawardi Panungkek dari Rajo Bagindo pun menelepon. Kaum Kampai Taluk dan Kampai Sungai Pagu kaum Tan Sri Dano di Sungai Pagu sepakat hendak memugar makam Tan Sri Dano itu. Merespon kesepakatan awal itu hendak memugar makam Tan Sri Dano, saya sebagai penghulu Kampai Nyiur Gading Rajo Bagindo, menitahkan. Imam dan Panungkek segera pastikan siapa pemilik lahan perbukitan lokasi makam tua/ tampat Tan Sri Dano itu.

Selanjut dititah, bicarakan dengan Wali Nagari Taluk, tentang pemugaran itu sebagai situs Nagari Taluk dan dapat dijadikan DTW budaya memperkuat DTW Pantai Tan Sri Dano, yang mengambil tuah dengan mengabadikan nama besar Tan Sri Dano, pahlawan legitimed rakyat di pantai Barat itu. Saya titahkan, rencanakan dan libatkan pemerintahan dan para pihak pemangku budaya di daerah dan pusat termasuk Cagar Budaya, Dinas Kebudyaan dan libatkan penghulu subkultur Banda-X.

Lalu saya menelpon Wali Nagari Taluk untuk memfasilitasi awal maksud hendak meugar situs pahalwan Pantai Barat Sumatera itu yang berada dalam wilayah Taluk. Wali Nagari menyambut dan segera membicarakannya.

Gelar Sari Dano dari Sae Dano
Inyiak Majo Lelo menyebut kagadangan Sae Dano dalam Kampai Bendang Alam Surambi Sungai Pagu. Arti “Sae” mengikut ediom nomenklatur bangsawan Kesultanan Indrapura, sae itu berasal dari kata sekh (syekh) artinya tokoh tertinggi (khalifah) di kalangan ulama tua dan pemimpin di dalam masyarakat adat. Sae Dano kemudian di kenal Tan Sri Dano setelah menjadi panglima Aceh di Pantai Barat Sumatera. “Tan” itu dimungkinkan dari Sultan (penguasa yang juga pimpinan agama). Justru Tan Sri Dano di Pantai Barat, juga dikenal dengan Syekh Burhanuddin di Painan abad ke-16.
Ketika Tan Sri Dano menjadi Panglima di Pantai Barat Sumatera, memilih Bandar Taluk sebagai based kaumnya dan basedcampnya dalam berjuang mengamankan pantai Barat Sumatera, di kenal sepanjang Pantai Barat Sumatera popular pula di Bengkahulu. Basednya di Nagari (Induk) Taluk justru Taluk termasuk salah satu Nagari dan atau Bandar yang penting ketika itu. Taluk kemudian dalam perkembangan wilayah pemerintahan, menjadi salah satu Nagari Induk dalam Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan.


Justru masa jayanya Bandar-X, Batang Kapas salah satu Bandar dari Bandar 10. Demikian juga Taluk merupakan salah satu Bandar berdiri sendiri pula sebagai satu Badar dari Bandar 10. Wilayah lengkap subkultur Badar 10 itu adalah : (1) Batang Kapas, (2) Taluk (Telo), (3) Teratak, (4) Surantih (Sirantih), (5) Ampiang Parak, (6) Kambang, (7) Lakitan, (8) Palangai, (9) Sungai Tunu dan (10) Punggasan. Air Haji adalah tumpuannya dan Bungo Pasang adalah kalang ulunya.


Banda 10 dimaksud adalah Bandar atau Kota Pantai, Pusat Perdagangan berbasis pelabuhan yang permai. Abad ke-16 masa Tan Sri Dano menjadi Panglima Pantai Barat, Banda 10 ini sudah ramai menjadi arena percaturan dagang rempah dan emas oleh dunia internasional. Panglima Tan Sri Dano yang makamnya di Taluk saksi bisu dan nama besarnya diabadikan sebgai nama Pantai Tan Sri Dano di Taluk tahun 2016, setelah berdirinya Yayasan Tan Sri Dano di Jakarta sejak seperempat abad yang lalu.

Mengabadikan nama besar Tan Sri Dano, menandai bahwa ia tokoh besar, yang dulu berjasa menundukkan dan menertibkan bodyguard Portugas yang semena-mena di Pantai Barat Sumatera abad ke-16. Mereka bodyguard Portugis itu diperkenalkan sebagai orang hitam kekar yakni orang rupit dipimpin si Tatok dan si Tarahan. Kekalahan pimpinan rupit itu, melekat pada monografi Sungai Tua di Koto Panjang Taluk, mereka dihabisi sedang minum tuak. Mereka taloak muntah darah, diabadikan menjadi nomenklatur Nagari Taluk (taloek). Makam rupit di kenal di kawasan ini, dengan mejan seperti menhir, batu hidup kian lama makin tinggi.***yy