Tan Sri Dano, Panglima dan Ulama Penakluk Rupit

Pantai Tan Sri Dano

FIKIR.ID – Tan Sri Dano ialah nama pantai di Taluak, Batangkapas, Pesisir Selatan. Dibalik penamaan itu, lantas siapa Tan Sri Dano? Ada fakta sosial yang hidup dalam cerita rakyat sebagai bagian tambo alam Nagari Taluk. Tambo yang tak boleh lupa.

Diceritakan Tan Sri Dano itu ialah panglima di Pantai Barat berulang ke Kualo Taluak. Imprerialis Portugis yang berdagang di Taluak pun segan kepadanya. Meskipun, masa itu Portugis mempunyai bodyguard (pengawal) bernama Rupit (Upik).

Agus Yusuf (2000) dari Sumber Ibnu Abbas Dt.Rajo Bagindo (1991) menyebut Upik itu orang Portugis sendiri. Rupit berperawakan besar tinggi dan ganas sekali. Kalau berlabuh di Banda Sapuluah Palangai- Balaiselasa, ia menembak kearah darat sampai ke bukit belakang Limau Sundai.

Demikian pula, ketika orang Rupit itu ke Taluak membuat salvo ketika masuk di Kualo (Muara) Banda Sapuluah Taluak. Mengatasi keganasannya, dibuatlah strategi pesta malam minum tuak di pesta keramaian Sungai Tuak , Koto Panjang, Taluak (Baca pula Sejarah Nagari Taluk dan Kontak/ Agus Yusuf, 2000). Gelas tuaknya bambu runcing, ditekankan ke korongkongannya, berakibat ia taluak-luak muntah dan mati.

Makamnya ada di Taluak dengan mejan panjang dan hidup. Peristiwa taluak-luak dan takluknya pimpinan pengawal Portugis rang Rupit itu, menjadi salah satu nomenklatur dalam monografi Nagari Taluak (Taluk) Batangkapas Pesisir Selatan di samping nomenklatur bentuk alamnya yang memang berteluk di apit dua muara sungai.

Tan Sri Dano di samping panglima ia juga ulama dengan Burhanuddin (abad ke-16). Ada yang mengaitkan dengan surau tuo di Painan sebagai sentra dakwah dan pengajaran agamanya.

Makamnya di Nagari Taluak dengan mejan yang indah, namun belum disentuh penelitian Cagar Budaya. Asalnya kampai tangah/ bendang di Taluak, gelar datuknya sudah lama terlipat (tareh tarandam).

Tan pada pangkal nama Sri Dano adalah gelar singkatan dari Sultan (raja), sebagai limpahan kebesaran, kekuasaan dan keperkasaan kepadanya dalam jabatannya panglima pantai barat sampai ke kawasan Bengkulu. Asalnya disebut dari Taluak, Banda Sapuluah kerabat kapak radai Alam Surambi Sungai Pagu hunian anak cucu ninik 60 kurang aso (60-1=59) pimpinan Tuanku Rajo Bagindo.

Asal usulnya pastilah dari Alam Surambi Sungai Pagu. Kuat dugaan dari suku Bendang nan-4 (berempat) pimpinan Inyiak Majolelo dalam kampai nan-24, yang turun ke Banda Sapuluah. Ternyata gelar Sai (Syeikh) Dano, dipopulerkan Sari Dano ada di Banda Sapuluah terutama di banda Kambang, banda Palangai, banda Taluak dan di banda-banda (kota pantai) lainnya di Banda Sapuluah itu.

Pantai Tan Sri Dano lurus memanjang dari Utara ke Selatan, lebih kurang 2 km, mulai dari Ujung Pancin (Batu Manjongo/ tanjung berbatu di utara) sampai ke Batu Manjongo (tanjung berbatu di selatan) dan Ayia Mati (Air Kering) di lokasi pelabuhan Banda Sapuluah pelabuhan Banda (kota pantai) Taluak dahulu. Sekarang pantainya teduh dengan penghijauan. Pantai asli dari Taluak yakni awua tongga sejenis cemara laut dengan musik alam gedebur ombak yang indah. Ada permainan anak-anak di Sungai Taluk.

Dulu pantai ini merupakan gerbang salah satu Bandar dari Banda Sapuluah, yakni Bandar Taluak. Bandar dimaksud adalah kota pantai yang permai dengan perdagangan hasil hutan dan hasil bumi lada termasuk emas, banyak dimasuki kapal dagang asing, karena memang pantai barat Sumatera sejak abad ke-16 sudah ramai tempat percaturan dagang kapal-kapal asing setelah pantai timur Sumatera. Pusat Perdagangan Jalur perairan di Taluk ini gerbangnya di pantai Tan Sri Dano ini yang dikawal panglima penjaga keamanan dan ketahan kota pantai itu, Tan Sri Dano.