FIKIR.ID – Perubahan nama organisasi tempat berhimpunnya Rang Pasisia di perantauan tak sekali terjadi. Perubahan senantiasa terjadi sepanjang sejarahnya sejalan dengan perkembangan organisasi itu sendiri. Terbaru perubahan dari Ikatan Keluarga Pesisir Selatan (IKPS) menjadi Perkumpulan Keluarga Pesisir Selatan (PKPS). Perubahan terbaru ini alotnya terasa hingga keseluruh daerah di tanah air.
Sejarah perkumpulan orang Pesisir Selatan (Rang Pasisia) di rantau, sebenarnya sudah dimulai dari sejarah “Onder Afdeeling Painan Bond”. Dimungkinkan Painan Bond menjadi cikal bakal “Jong Sumatraten Bond” yang lahir dasawarsa ke-2 abad ke-20.
Sebagai salah satu organisasi pergerakan pemuda rantau membidani kebangkitan nasional kedua wujud sumpah pemuda 1928 yakni setelah kebangkitan nasional pertama ditandai lahirnya Budi Utomo 1908.
Persatuan Banda Sapuluah
Setelah Painan Bond lahir perkumpulan dengan nama baru yakni PERBAS (Persatuan Banda Sapuluh) tahun 1938. PERBAS yang dibawa tokoh sentral Samik Ibrahim bergerak maju dalam memberikan motivasi dan menyalakan semangat saudagar dan semangat belajar anak sekolah dan mahasiswa Rang Pasisia di rantau.
Saya masih mengingat tokoh-tokoh saksi sejarah PERBAS. Ada pak Hadis Syam saudagar, Abdul Razak Sikumbang wartawan penulis buku dan dosen merangkap Kepala Humas di IKIP Padang yang sekarang bernama UNP, Rasjidin Achir Dt. Rajo Malenggang Politisi pernah di DPRD sumbar sebelum wafat ia menjabat Kepala Dispenda Sumbar, dan banyak tokoh lain seperti generasi Rosman Rasam yang membawa kemajuan PERBAS.
Bahkan di bidang informasi dan komunikasi ranah rantau PERBAS dapat menerbitkan media cetak bernama SULUH (Suara Banda Sapuluah). Sjarah ini dapat menginspirasi PKPS sekarang untuk menerbitkan media pers setidaknya bentuk media online.
Ikatan Pemuda Pelajar Pesisir Selatan dan Kerinci
Setelah PERBAS, lahir PPPSK atau atau IPPPSK (Ikatan Pemuda Pelajar Pesisir Selatan dan Kerinci) tahun 1952. Ketika Pesisir Selatan satu kabupaten dengan Kerinci. Kemudian IPPPSK berubah mengkhususkan diri menjadi IMPPS (Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Persisir Selatan). IMPPS diresmikan di Padang, 22 Oktober 1952.
IMPPS, IKPS DAN IWPS
Dalam gerakan IMPPS membentuk tungku tiga sejarangan organisasional Rang Pasisia. Wujudnya IMPPS, IKPS dan IWPS.
Kemudian IMPPS yang anggotanya komponen mahasiswa, pemuda dan pelajar diinspirasi oleh aspirasi cabangnya pada 7 kecamatan di Pesisir Selatan. inspirasinya berwujud gerakan mempelopori berdirinya IKPS.
Mereka mengadakan rapat di aula SMA 1 Padang, menurut Hadis Syam pada September tahun 1962. Dihadiri keluarga besar Pesisir Selatan se Sumbar.
Dalam AD PKPS dicatat IKPS berdiri tanggal 17 September 1960. Hadis Syam mantan Ketua Umum IKPS tadi, mencatat berdiri resmi tanggal 21 Oktober 1962. Dalam waktu berikutnya didirikan pula IWPS (Ikatan Wanita Pesisir Selatan). Tentang perbedaan waktu berdiri perkumpulan rang Pasisia ini di mungkin soal pencatatan dan mengingat peristiwanya saja yang kurang kuat.
G-IKPS, IKPS dan PKPS
Pada awalnya organisasi rang pasisia ini berdiri sendiri–sendiri di berbagai kota di Indonesia.
Untuk mewadahi organisasi–organisasi perantauan yang tersebar, Pada tahun 1964 dibentuk Gabungan Ikatan Keluarga Pesisir Selatan (GPKPS) yang berpusat di Jakarta.
Dalam sejarah perkembangan organisasional rantau Rang Pasisia ini terjadi perubahan nama seperti sejarah sebelumnya. Pada Musyawarah Nasional pertama bulan Juli 1991 di Painan dikukuhkan pergantian nama Gabungan Ikatan Keluarga Pesisir Selatan menjadi Ikatan Keluarga Pesisir Selatan dengan struktur Kepengurusan mulai dari DPP di Tingkat Nasional, DPW ditingkat Propinsi, DPD ditingkat Kabupaten/Kota dan DPC ditingkat Kecamatan. IKPS merupakan wadah tunggal organisasi perantau Pesisir Selatan secara Nasional. Ketika itu Ketua Umumnya Is Anwar Dt Rajo Perak dan saya ketika salah seorang sekretaris DPP IKPS itu
Pada Musyawarah Nasional V pada tanggal 31 Agustus 2019 di Hotel Balairung, Jakarta nama Ikatan Keluarga Pesisir Selatan dirubah menjadi Perkumpulan Keluarga Pesisir Selatan.
Bagi yang menolak menilai bahwa perubahan itu menghilangkan sejarah organisasi. Sementara yang menginginkan perubahan beralasan perubahan frasa dari Ikatan ke Perkumpulan di lakukan dalam rangka menyesuaikan nomenklatur organisasi menjadi Perkumpulan sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum n HAM Republik Indonesia No. 3 Tahun 2016 tentang Tatacara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan.
Namun, saya melihat kedua sisi berada pada satu titik kepentingan lebih besar, yakni mempertahankan “keberlanjutan” organisasional Rang Pasisie itu sendiri. Agar dinamis mewadahi mekanisme sentral aspirasi rantau, menyatukan pikiran rantau, memperkuat silaturrahmi dan menyalurkan rasa rindu serta kemauan berpartisipasi dalam menggerakkan pembangunan di kampung halaman, Pesisir Selatan.
Menilik sejarah awal berdiri perkumpulan rang pasisia di rantau, justru di samping ingin berkumpul, bersilaturrahmi serta berbagi “parasaian” di Rantau, juga tak tertahankan perasaan rindu kampung. Kerinduan kampung itu berkembang menjadi cinta kampung dan ingin berpartisipasi membangun kampung sebagai bagian tak terpisahkan dengan NKRI.
Onder Afdeeling Painan Bond
Cinta kampung menjadi bijo awal wawasan nusantara, yakni cara pandang “membela” nusa, bangsa dan bahasa dimulai dari daerah kelahiran. Fenomena bijo wawasan nusantara ini dalam sejarah perkumpulan Rang Pasisia sepintas pernah saya sampaikan dalam membentang sejarah Pesisir Selatan Smart di Gedung Pancasila Muaro Sijunjung Sabtu, 30 Oktober 2021.
Pembentangan sejarah itu bersamaan menjadi bagian agenda Musda PKPS Sijunjung. Musda dibuka Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yuswir dan disambut Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Haryansyah dua dari sembilan pemimpin muda di Sumatera Barat yang cerdas dan piawai. Yang menarik, Ibu dari Bupati Sijunjung berasal dari kaum Jambak Surantih, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan.
Saya mencatat, perubahan nomenklatur perkumpulan Rang Pasisia sudah terjadi dari masa ke masa sesuai perubahan dan perkembangan rantau dan ranah Rang Pasisia. Kesediaan dan ketegaran menghadapi konflik perubahan nomenklatur kepada PKPS organisasional rantau Rang Pasisia ini adalah bagian upaya mempertahankan rasa cinta dan rindu kampung, dan kuat rasa ingin bersilaturrahmi serta bersatu di rantau.
Wujud rasa cinta kampung (tanah pusako) Rang Pasisia diwadahi dalam PKPS. Lihatlah pada pembukaan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) PKPS cukup jelas digambarkan sejak awal perubahan era Alirman Sori sampai sekarang Zulhendri Chaniago yang berbunyi;
“Kami menyadari sepenuhnya sebagai warga Pesisir Selatan hidup di tanah perantauan dalam berbagai lapangan kehidupan, namun tetap mencintai masyarakat dan tanah pusakonya. Di dalam kehidupan rantau, selalu hidup semangat tolong-menolong. Kaba baik baimbauan kaba buruak bahambauan. Norma ini memandu dan manifestasikan kecintaan pada kampung (bangsa dan tanah air Indonesia)”.
Semangat hidup tolong dipandu norm adat, “Anak dipangku kamanakan dibimbiang/ urang kampuang dipatenggangkan/ jago nagari jaan binaso”. Masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat yang berada di rantau menyadari bahwa berkumpul dalam suatu ikatan organisasi merupakan cara paling baik untuk memupuk dan mengembangkan karakter dan sifat yang baik, mengantarkan masyarakat Pesisir Selatan yang jaya, Islami dan kekeluargaan”.
Hebat dan berani perkumpulan mengambil asas adalah Islam. Tentu saja ini landasan akidah karena Rang Pasisia 100 % memeluk dan berakidah Islam yang dijamin UUD NRI 1945. Sedangkan landasan idiil ideologi tetap teguh dengan Pancasila, karena bagaimanapun Rang Pasisia sebagai bagian dari Sumatera Barat mempunyai andil besar sejarah dalam perumusan awal Ideologi Pancasila. Hebatnya pula, PKPS sebagai organisasi sosial memperlihatkan integritas mengambil identitas bangsa menjadi sifatnya kekeluargaan.
Landasan dan sifat PKPS ini, diaukasikan pada tujuannya. Pada prinsipnya ingin mewujudkan persatuan, persaudaraan, dan kekeluargaan warga asal Kabupaten Pesisir Selatan yang berada di semua wilayah. Selain itu, ingin mengembangkan jiwa saling tolong menolong serta memupuk rasa berkeluarga, bermasyarakat, bernagari, berorganisasi, bernegara dan beragama bagi anggotanya. Sekaligus ingin berpartisipasi dalam perencanaan dan pembangunan kampuang Kabupaten Pesisir Selatan. (yy)