FIKIR.ID – Camat Padang Selatan, mengajak masyarakatnya menjadikan Batang Arau sebagai icon destinasi Pariwisata di Kota Padang, setidaknya menjadi icon destinasi dari 12 Kelurahan di Kecamatan Padang Selatan. Ajakan itu disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau, di Kawana Hotel Kamis, 18 Januari 2024. Bimtek Bundo Kanduang dan Ninik Mamak di Kelurahan Batang Arau itu, adalah untuk meningkatan penguatan pengetahuan adat budaya bagi Bundo Kanduang dan Ninik Mamak di Bartang Arau.
Dalam memberikan sambutan, Camat yang diwakili Sekretaris Kecamatan Arlis Suardi menjelaskan, satu-satunya keunggulan Padang Selatan, dilintasi aliran Batang Arau. Andaikan Batang Arau Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lingkungannya bersih akan lebih mempesona. Apalagi airnya bisa jernih dan bersih, akan menambah pesona kecantikan aliran sungainya yang di Muaranya dilintasi Jembatan Siti Nurbaya dekat Pelabuhan Kapal Muara Padang itu, katanya.
Irawati Meuraksa: Air Batang Arau Dijernihkan
Sekaitan bagaimana membuat air Batang Arau itu menjadi jernih dan bersih, ketika diminta pendapat Irawati Meuraksa, SP Anggota DPRD Kota Padang, ia merespon dengan menyebut sebuah gagasan menarik yang dicita-citakan semua masyarakat. Respon itu diberikannya selepas ia memberi sambutan dalam pembukaan Bimtek Bundo Kanduang Kamis pagi tadi itu, dilaksanakan dengan bantuan pokirnya yang sejak awal disediakannya untuk melanjutkan pembinaan masyarakat dan pelestarian adat termasuk Festival Bukit Gado-gado yang disponsorinya sejak awal.
Irawati Meuraksa adalah anggota DPRD Padang dari Partai Amanat Nasional (PAN). Ia aadalah anggota DPRD dari dapil 4 Kota Padang yang meliputi dua kecamatan, yakni Kecamatan Timur dan Kecamatan Padang Selatan itu. Irawati kembali mencalonkan diri sebagai calon legislatif untuk periode berikutnya. Ia menyampaikan pesan moral nasional dalam pelaksanaan pesta demokrasi dengan mengharapkan masyarakat memelihara bersama-sama keamanan dan stabilitas dan memastikan tidak ada yang tidak meilih alias golput.
Namun kata Irawati Meuraksa Anggota DPRD Kota Padang dan Pimpinan Komisi IV itu, untuk menjernihkan air Batang Arau tadi, mesti diawali pembinaan budaya bersih lingkungan masyarakat sepanjang DAS Batang Arau. Perjuangan kearah itu, mesti dilakukan dengan serius oleh Pemko bersama masyarakat terutama yang bermukim sepanjang DAS Batang Arau Padang itu.
Batang Arau dan Potensi Icon Destinasi Pariwisata dan Tantangan
Panjang Aliran Sungai Batang Arau cukup pantastis, lebih 29 km mengalir dari Bukit Barisan Puncak Bukit Punggung Ladiang antara Lubuk Kilangan, Bukit Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang, sampai ke Muara tempat Pelabuhan Kapal dari Mentawai dan Pelabuhan Kapal Nelayan Pencari Ikan dari berbagai penjuru. Dihitung luas kawasan DAS Batang Arau sebagai salah satu Sungai Besar di Kota Padang itu, sejak dari hulunya sampai ke Muara disebut-sebut lebih dari 172 km persegi. Semua berpotensi menjadi Icon Destinasi Pariwisata di Padang. Fakta, justru sejak dahulu Batang Arau sering pusat keramaian menjadi arena olah raga perairan seperti selaju sampan dayung Palinggam dan Festival Muaro Padang lainnya. Keindahan dan potensi alam DAS Batang Arau ini pernah saya deskripsikan betapa indah kalau ada jalan timbal balik di sepajang DAS Batang Arau ini dalam “tulisan bener” saya di Harian Umum Semangat berjudul “Adaikan Saya Jadi Wali Kota”, ternyata sekarang sudah ada jalan yang menjadi impian itu di sekitar DAS Batang Arau itu. Tulisan saya dulu itu termasuk sebuah tulisan menarik mengundang perhatian Wali Kota Padang, masa Wako dua periode Syahrul Ujud (1983-1988 dan 1988-1993),
Hanya saja tantangan dan kendalanya sejak dahulu, adalah dalam hal memelihara kejernihan dan kebersihan air Batang Arau itu. Dalam pengalaman penulis yang dulu tahun 1970-han tinggal di Pemancungan di DAS Batang Arau berseberangan dengan Seberang Padang, ada fenomena budaya masyarakat membuang sampah sembarangan. Saya mengalami masa Wali Kota tiga periode Hasan Basri Durin (1971-1973, 1973-1978, dan 1978-1983) sekitar tahun 1974, orang masih bisa mandi dan gosok gigi dengan air Batang Arau. Selepas orientasi mahasiswa baru alias ploco, saya bisa lansung terjun dan mencebur ke Batang Arau.
Sampah, Erosi Tebing dan Limbah Mematikan Nutfah Batang Arau
Dirasakan air mulai sangat kotor dan tercemar sejak ada pabrik di sekitar Lubuk Begalung. Di antaranya pabrik karet pindahan dari kawasan Purus, sejak awal beoperasi di kawasan Lubeg ini dalam catatan saya pada banyak tulisan saya tahun 1970-han sebagai penulis dan jurnalis, berakibat banyak ikan dan udang mati. Masyarakat sekitar DAS ketika berbaskom-basko memilih ikan dan udang yang pingsan di Batang Arau. Saya pun turut memilih udang dan ikan yang “basadaian” mengapung itu. Tak dapat dihitung seberapa banyak udang dan ikan serta nutfah lainnya yang musnah di perairan itu. Tuhanlah yang tahu.
Ditambah pula sampah yang dibuang ke sungai, yang seolah oleh masyarakat Batang Arau itu menjadi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dimungkinkan berton-ton, yang biasa menjadi pemandangan kumuh tak sedap bertebaran di Tepian Sungai dan di Muara dekat pantai. Demikian pula malapetaka erosi tebing runtuh jatuh ke sungai. Pengalaman, rumah kami di Pemancungan dulu itu cukup luas, tempat anak-anak main bola. Ketika musibah bencana banjir akibat hujan deras, tahun 1970-han, membuat erosi tebing runtuh luar biasa merugikan. Pohon-pohon pelindung dan buah-buah serta pohon kelapa di halaman rumah di DAS Batang Arau itu, tumbang. Akibat erosi dan pohon tumbang itu, sungai beralih ke halaman rumah, sedangkan aliran sungai semula “bungin”, menjadi daratan di Seberang Padang yang sekarang lokasinya sebuah SD di DAS Batang Arau di Seberang Padang itu. Untuk mengamankan erosi dan runtuhnya tebing-tebing Batang Arau Pemerintah pernah membuat kojor bambu, tetapi tidak berhasil. Barulah terasa aman tebing–tebing itu, setelah dibeton permanen tebing-tebing Batang Arau seperti juga Bandar Bekali Padang itu.
Malapetaka Musibah tadi itu, adalah bagian dari ancaman terhadap kebersihan dan kejernihan air Batang Arau. Kondisi sekarang jangankan mandi, masuk saja ke air sungai itu “ngeri” dan tak sedap. Pemerintah daerah dan masyarakat ada yang membuat jaring, menjaring sampah dan kotoran dari bandar dari rumah sakit, tetapi di Muara Batang Arau itu nampak juga tebaran sampah mengapung di permukaan air. “Mungkin mayarakat lupa juga sengaja atau tak sengaja, plastik sampah dilemparkan juga ke Batang Barau”, kata Sekcam Padang Selatan Arlis senyum tipis.
Sekcam Arlis dan juga Lurah Batang Arau Salomon Eka Putra, SH dalam kesempatan Bimtek Bundo Kanduang dan Ninik Mamak Batang Arau Kamis tadi, berharap kepada Bundo Kanduang dan Ninik Mamak dalam wilayahnya, turut berperan memberi dan menjadi contoh mengembangkan budaya hidup indah tidak saja di rumah tetapi juga di dalam masyarakat terutama di kawasan lingkungan DAS Batang Arau. Berkampanye dan sosialisasi hidup bersih dan indah untuk menjalga lingkan DAS Batang Arau dan tidak lagi membiasakan buang sampah ke sungai sebagai budaya indah. Justru Bundo Kanduang, sebut Prof. Dr. Raudha Thaib Narasumber utama Bimtek, ialah perempuan sempurna Minangkabau, berpotensi dapat memberi contoh karakter etika dan keindahan dalam pergaulan secara adat Minangkabau di rumah dan di lingkungan masyarakatnya.
Kata Prof Raudha Thaib Ketua Umum Bundo Kanduang Pusat sekaligus Yang DiPertuan Puti Reno di Istana Silinduang Bulan itu, ada tiga karakter Buno Kanduang sebagai perempuan sempurna Minang itu konsen yakni etika kebenaran, kebaikan dan keindahan. Keindahan menjadi bagian pakaian didasarkan pada etika budi baso yang indah. Memberi dan menjadi contoh di kaum dan di dalam masyarakatnya soal etika dan keindahan.
Bimtek Bundo Sajikan Tema Taratik Budi Baso Indah
Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau Padang, di Kawana Hotel 28 Januari 2024 kamis tadi, memberi bimbingan tema menarik. Bundo Suhermi Ketua Bundo Kanduang Batang Arau Padang membentangkan pelaksanaan Bimtek Bundo Kanduang itu mengusung tema menarik “Tata Taratik dan Budi Baso Perempuan di Minangkabau”. Bahasa Indonesianya Etika dan Estetika Perempuan dalam Pergaulan Secara Adat di Minangkabau.
Bundo Suhermi asal usul Pariaman suku Caniago didampingi sekretarisnya Bundo Apt Norma S. Lallo, SSi, menjelaskan arah Bimteknya itu. Intinya adalah memperkuat pengetahuan adat Bundo Kanduang dalam adat (budaya) Minangkabau. Bundo Kanduang sebutan untuk perempuan sempurna, katanya mengutip Bundo Prof Raudha. Mereka penting memberi dan menjadi contoh yang baik mulai dari rumah tangga sampai ke dalam masyarakat. Contoh baik itu terutama dalam memelihara budaya atau prilaku yang baik (akhak karimah) sesuai nilai adat syara’ tentang etika dan keindahan. Keindahan itu tidak saja terlihat di rumah atau kaum juga dalam masyarakat. Karenanya beralasan, baik Prof. Raudha, Irawati Meuraksa, Arlis, Salomon yang berbicara dalam Bimtek Bundo Kanduang tadi itu, berharap Bundo Kandung dan Ninik Mamak Batang Arau dapat memberi dan menjadi contoh dalam mengembangkan keindahan lingkung terutama di wilayahnya kawasan DAS Batang Arau, seperti isu penting yang tadi dimunculkan Camat Padang Selatan diwakili Arlis tadi kearah menjadikan Batang Arau menjadi icon destinasi pariwisata.
Bimtek Bundo Kandung dihadiri, 50 peserta dari unsur Bundo Kanduang dan Ninik Mamak Kawasan Batang Arau. Dihadirkan dua pembicara sebagai narasumber utama. Ialah Prof. Dr. Raudha Thaib Ketua Umum Bundo Kanduang Pusat sekaligus Yang DiPertuan Puti Reno di Istana Silinduang Bulan. Juga YY Dt. Rajo Bagindo Ketua Pembina Sako Anak Negeri dan Ketua Pembina Pusat Studi Islam dan Adat Minangkabau dan Sekum Pusat Kebudayaan Minangkabau sekaligus Sekum Bakor KAN Sumatera Barat, mengajar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang.
Pembicara lain sebagai pemberi sambutan dalam Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau seharian kamis tadi, di antaranya Ketua Bundo Kanduang Batang Arau Suhermi, Ketua Bundo Kanduang Kecamatan Padang Selatan Bundo Nong, Camat Padang Selatan diwakili Sekcam Arlis Suardi, Lurah Batang Arau Salomon Eka Putra, dan Irawati Meuraksa Anggota DPRD Kota Padang lainnya.*