Berita  

Irawati Meuraksa Anggota DPRD Kota Padang Hendel Festival Bukit Gado-gado

  • Catatan Tercecer dan Peluang Investasi

Bukit Gado-gado di Kota Padang sontak menjadi dikenal dan booming. Bagian catatan tercecer saya, menandai Bukit Gado-gado menjadi booming dan peluang investasi swasta dan warga, sejak fenomena event Festival Bukit Gado-gado. Festival ini bagian dari helat tahunan Kota Padang, momentum duduk bersama warga dan rantau, sekaligus mengembangkan kekayaan warisan budaya tangible (benda) dan intangible (tak benda) masyarakat Kota dalam kultur 5 suku di kawasan Nagari di Padang Selatan itu. Ternyata Festival Bukit Gado-gado ini dihendel dan diakomodir Pokok Pikiran (POKIR) Irawati Meuraksa, Anggota DPRD Kota Padang dari unsur PAN Dapil 4 Kota Padang itu.

Apa kata Wali Kota Padang Hendri Septa diwakili Kepala Dinas Pariwisata Kota Yudi Indra Syani sebagai pelaksana Festival Bukit Gado-gado yang diakomodir POKIR Anggota DPRD Padang Irawati Meuraksa. “Festival Bukit Gado-gado, adalah usulan masyarakat Padang Selatan, diakomodir dana POKIR Anggota DPRD Kota Padang Irawati Meuraksa”. Ungkapan itu muncul dari lisan Yudi dan dilansir mass media dan medsos adalah dari event pembukaan Festival Bukit Gado-gado tahun 2023 ini, tanggal 28 Oktober 2023 yang berlangsung sampai 29 Okteber lalu itu. Lihat juga.

Irawati Meuraksa tokoh wanita pengusaha sukses pemilik Dalas Swalayan ialah Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perempuan Indonesia Maju (DPC PIM) Padang yang DPD PIM Sumatera Baratnya dipimpin Emma Yohanna sebagai Ketua. Ketika ia selaku Anggota DPRD Padang memberi sambutan pada Bimtek Bundo Kandung Batang Arau di Kawana Hotel 18 Januari 2024 yang lalu, para Bundo Kanduang dan Ninik Mamak Batang Arau itu spontan meminta melanjutkan POKIR-nya mendukung pelaksanaan Festival Bukit Gado-gado tahun ini dan selanjutnya. Merespon permintaan masyarakat unsur Bundo Kanduang dan Ninik Mamak Batang Arau itu meminta keberlanjutan Festival Bukit Gado-gado itu, sontak Irawati, menjawap “insya Allah”. “Semoga kita diberi kesempatan Allah SWT”, kata Irawati yang disambut peserta Bimtek Batang Arau itu dengan tepuk tangan meriah.

Views Bukit Gado-gado

Bukit Gado-gado gugus perbukitan di tengah Kota Padang bagian Selatan. Wilayah yang bertautan tiga itu adalah: Kelurahan Batang Arau, Kelurahan Air Manis dan Kelurahan Bukit Gado-gado sendiri. Tegak kukuh membatasi Batang Arau dan Teluk Bayur. Rentetan gugus Bukit itu bertali dengan Sinteong dan Gunung Padang dibatasi Jenjang 500 yang memberi spesifikasi destinasi berbeda dengan destinasi lainnya di Indonesia. Panoramanya indah. Dapat melihat Padang yang berselimut biru alam langit dan laut. Ke atas “ta tambun jantan, bukit berselendang kabut” sampai pandangan ke biru langit lazuardi. Terus menukik “takasiak bulan” ada selimut biru samudra Indonesia yang biru, yang bergelombang ditiup angin Paddang. Dari atas dapat melihat panorama liku Batang Arau dan panorama pelabuhan Teluk Bayur dan diujung sana nampak Kawasan Lantamal. Indah sekali, menawarkan pemandangan kota dan samudra serta sunset menjelang temaram senja. Alamnya yang ketinggian berpotensi juga menawar pengembangan olah raga pra layang dengan segala jenis merayap di udara. Semua bagian nikmat Tuhan untuk semua orang di sekitarnya dan orang yang sempat datang ke kawasan ini, domestik dan wisman.

Kawasan Bukit Gado-gado ini dalam perspektif perkembangan wilayah terlihat dalam beberapa periode pemerintahan. Tahun 1977 Bukit Gado-gado secara adat berada pada salah satu dari tiga kultur wilayah adat dalam tiga Kerapatan Adat Nagari (KAN) di wilayah Padang Selatan. Tiga KAN itu adalah KAN Subarang Padang, KAN Alang Laweh dan KAN Ninik Mamak Nan Salapan Suku. Sekarang dalam perspektif pemerintahan NKRI adalah salah satu kelurahan. Sekarang juga dalam perspektif kultur dan adat masuk ke wilayah KAN Ninik Mamak Delapan Suku yang luas itu, meliputi Padang Selatan, Padang Timur, Padang Barat dan Padang Utara lainnya.

Di Padang Selatan saja ada 5 kultur adat dalam koordinasi KAN Ninik Mama Delapan Suku tahun 1977. Lima kultur sentra suku/ kampung itu adalah: Alang Lawas, Pasar Gedang, Seberang Padang, Bukit Air Manis dan Teluk Bayur. Sekarang dalam Nagari Ninik Mamak Delapan Suku terdapat 11 Kelurahan. Seberlas Kelurahan itu: (1) Kelurahan Bukit Gdo-Gado, (2) Kelurahan Air Manis, (3) Kelurahan Teluk Bayur, (4) Kelurahan Rawang, (5) Kelurahan Mato Aie, (6) Kelurahan Seberang Padang, (7) Kelurahan Batang Arau, (8) Kelurahan Seberang Palinggam, (9) Kelurahan Pasar Gedang, (10) Kelurahan Ranah Parak Rumbio, (11) Kelurahan Alang Laweh, dan (12) Kelurahan Belakang Pondok.

Bukit Gado-gado secara pemerintahan, orbitasinya berjarak 4 km dari Kantor Camat. 17,4 km dan dari Kantor Gubernur 5 km. Wilayah pemerintahannya terdiri dari 2 RW dan 8 RT. Penduduknya 1.415 jiwa (tahun 2017, 729 laki-laki dan 686 perempuan). Service centrre fasilitas pendidikan ada Sekolah Dasar 1 unit. Fasilitas Agama ada masjid 1 unit dan surau/ mushalla 3 unit. Mempunyai regional centre dalam bentuk akses jalan terdapat beberapa arah dari selatan dan utara serta jalan tengah yang cukup baik dapat ditempuh dengan roda 4. Yang jelas ada Jenjang 500 yang mempesona di antara Gunung Padang. Sedangkan market town sebagai wilyah strategis, tersedia berbagai pusat perbelajaan sekita dan daerah sekeliling. Semua persyaratan pengembangan wilayah (service centre, Regional Centre dan Market Town) memberikan peluang pengembangan destinasi dan DTTW Budaya dan berpotensi menggaet investasi para investor.

Dengan adanya Festival Bukit Gado-gadi, wilayah Bukit Gado-gado ini booming untuk dikenal labih lanjut. Festival dikloborasikan tiga kelurahan: Bukit Gado-gado, Batang Arau dan Air Manis. Diberi catatan, besar impact festival yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Padang yang pembiayaannya diakomodir POKIR Anggota DPRD Padang Irawati Meuraksa. Tokoh ini satu di antara tokoh wanita yang mencalonkan diri kembali melanjutkan kariernya di legislatif DPRD Kota Padang. Ia mendapat simpati dan penghormatan di konstituennya di Dapil 4 Padang Selatan dan Padang Timur. “Lanjut bu Irawati dan lanjutkan Festival Gado-gado ! “, seru anggota Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau, 18 Januari yang lalu.

Justru dalam pengalaman Festival Bukit Gado-gado sebelumnya, semua unsur aktor pemerintah, swasta, masyarakat terdiri todat (tokoh adat, Ninik Mamak dan Bundo Kanduang), Tomas (tokoh masyarakat, pemuda, LSM, ormas serta perkumpulan lainya), toga (tokoh agama, dalam berbagai kegiatan berbasis masjid, mushalla, majelis ta’lim lainnya) sebut Irawati, semua turut berpartisipasi. Ia mengucapkan terima kasih kepada para pihak berpartisipasi dalam Festival Bukit Gado-gado.

Inspiring Destinasi dan Seruan Satu Event Satu Kelurahan

Festival Bukit Gado-gado, di samping Festival Batang Arau dan Selaju dan Dayung Palinggam, Festival Siti Nurbaya lainnya, cukup menginspirasi (inspiring) pengembangan destinasi. Faktanya, Wali Kota bangga dan bersyukur atas suksesnya Festival Bukit Gado-gado. Dari Festival Bukit Gado-gado Oktober tahun lalu itu, Wali Kota mendapat inspirasi menganjurkan “satu event satu Kelurahan”. Event itu meliputi kegiatan pengembangan seni, kuliner, adat dan budaya benda dan tak benda lainnya.

Irawati Meuraksa pun, sebagai anggota DPRD Kota Padang mau mendukung masyarakat kelurahan terutama konstituen di dapilnya Padang Selatan dan Padang Timur. Ia senantiasa mendorong masyarakat membuat event baru. “Saya selalu mendorong, masyarakat mengajukan proposal. Ingin lebih banyak event masyarakat dalam berbagai aspek kebudayaan”, katanya dalam bagian lain sambutannya pada Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau. Namun yang baru mengajukan proposal Bundo Kanduang Batang Arau, untuk Bimtek ini. “Saya pujikan, Bundo Kanduang Batang Arau enerjik”, lanjutnya disambut tepuk tangan hadirin Bimtek Bundo Kanduang Batang Arau di Kawana Hotel Padang itu.

Festival: Pelestarian Warisan Budaya Benda dan Tak Benda

Kenapa Bukit Gado-gado booming dengan Festivalnya? Justru dalam catatan tercecer saya dari isu aktual berbagai media, setidaknya karena dua faktor. Pertama karena tawaran roundtable kegiatannya menunjuk pengembangan budaya tradisinya dan kedua, karena Bukit Gado-gado yang strategis baik letaknya pada ketinggian yang dapat meneropong kota dari seluru penjuru mata angin, maupun letaknya di tengah kota. Letaknya di tengah kota Padang. Adalah berada dalam kawasan tiga kelurahan di Kecamatan Padang Selatan. Tiga kelurahan itu adalah Kelurahan Bukit Gado-gado sendiri, Kelurahan Batang Arau dan Kelurahan Air Manis. Tiga kelurahan ini dikoloborasikan dalam pelaksanaan Festival Bukit Gado-gado. Tiga Kelurahan itu pun sudah merupakan destinasi pariwisata Padang, yang tinggal lagi tugas para pihak meningkatkannya sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) budaya dan wisata alam yang dapat menarik wisatawan domestik dan wisatawan manca negara (wisman).

Pertama faktor Festival Bukit Gado-gado yang membuat booming Bukit Gado-gado. Justru dilihat dari Festival Bukit Gado-gado Oktober 2023 lalu, penikmat budaya benda dan tak benda terutama masyarakat domestik di Kota Padang sendiri di samping juga dari wisman, senang melihat sajian Festival. Selain sajian kegiatan estival, juga menarik, terbaca tujuan dan filosofi festivalnya itu. Tawaran menyenangkan festival itu di antaranya penampilan dan pertunjukan aneka kesenian tradisi. Di antaranya pertunjukannya, seni tradisional musikal gamat, syaraful anam (lagu maulud Nabi yang menunjukkan kemuliaan dan memuliakan manusia, terutama memuliakan manusia termulia Nabi Muhammad SAW), balanse madam seni warisan lama, parewa limo suku, tambur tasa, serta wacana act (activity) alegori arak-arakan kreasi dan produksi seni pertunjukan Bundo Kanduang dan Niniak Mamak lainnya. Festival juga menawarkan sajian aneka kuliner dan aksi pertunjukan makan “bajamba” serta atraksi seni tradisi dan budaya tradisi lainnya. Kesenian dan pertunjukan budaya tradisi di festival itu asli kereasi olahan dan produk masyarakat Bukit Gado-gado sekitar, dipresentasikan dengan meriah dengan mengesankan memperlihatkan kepastian arah dan tujuan festival. Di antara tujuan festival setidaknya dapat mengembangkan bakat dan minat seniman tradisional untuk meningkatan kegiatan berkreasi dan berproduski secara inovatif dalam kerangka ketahanan seni dan budaya tradisi di daerah.

Berkreasi seniman dan apresiasi seni dalam Festival Bukit Gado-gado tadi, menaruh inspirasi untuk tetap menjaga keaslian seni dan budaya tradisi sendiri. Selain itu menawarkan eksplisit pengalaman pelaksanaan adat sebagai bagian pelaksanaan Adat Basandi Syara’-Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) yang dilaksanakan dalam wujud Adat Salingka Nagari yang tak dapat diabaikan kota. Justru Nagari itu di Minangkabau adalah inti dan sentra budaya kota dalam nagari Minangkabau. Karena Kota berada dalam Nagari, bukan Nagari dalam Kota, termasuk di Kecamatan Padang Selatan ini.

Festival Bukit Gado-gado juga menaruh harapan, bahwa adat senantiasa terjaga dan terbela serta dicintai untuk dilaksanakan dan diwariskan, terbebas dari pengaruh negatif global dan budaya populer, yang senantiasa menggoda masyarakat, tanpa disadari dapat menjebak masyarakat adat ke dalam kancah disintegrasi sosial. Disintegrasi sosial dimaksud, adalah sikap rentan tergoda dengan budaya populer pengaruh global dan kecanggihan teknologi digital. Sedangkan budaya populer itu sepintas bentuknya indah, namun filosofinya belum dipahami sepenuhnya. Sialnya, karena godaan budaya populer itu serta merta, mendorong sikap meninggalkan adat yang sudah teruji efektif mengatur tertib sosial masyarakat adat sejak dahulu sampai sekarang. Artinya dari festival terbaca untuk memelihara adat sebagai kebudayan orang Minang dengan keseluruhan sistemnya, tetap lestari dan tidak tergerus oleh kemajuan zaman yang menuju era metaverse digitalik kuasa konputer dan internet.

Dengan beberapa tujuan dan filosofi kehadiran Festival Bukit Gado-gado, menginspirasi Wali Kota Padang untuk berharap banyak kepada semua unsur para pihak aktor pembangunan. Baik kepada aktor masyarakat dan swasta, juga kepada aktor pemerintah sendiri. Khusus aktor pemerintah dan masyarakat dalam infra dan suprastruktur politik, Wali Kota berharap Camat atau Lurah dan atau dinas terkait di samping Oganisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, tetap meningkatkan dan memberdayakan masyarakat untuk mempertahan adat atau budaya tradisi lainnya di Kota Padang. Justru budaya itu adalah hulu dan muaranya pariwisata. Produksi budaya dan seni tradisional masyarakat kawasan Bukit Gado-gado adalah hulu, muaranya ditampilkan dipertunjukan diapresiasi dalam festival.

Bukit Gado-gado Menaruh Situs dan Mitos

Selain Festival Bukit Gado-gado yang menarik melirik Bukit Gado-gado, juga ada catatan menarik. Seperti tadi disebut bahwa yang membuat Bukit Gado-gado booming dan semakin dikenal di antaranya ada fakto event seni budaya tradisional festival Bukit Gado-gado. Juga pemunculan Bukit Gado-gado, didukung faktor alamnya yang indah. Dari citra ketinggian letaknya, dapat mempotret diskriptif kawasan Kota Padang dari setiap penjuru mata angin. Juga tidak dapat diabaikan mitos-mitos yang berkaitan dengan Bukit Gado-gado. Mitos itu berceceran dari gusus sambung bersambung Bukit Gado-gado, Sentiong lokasi makam orang Cina itu sampai ke Gunung Padang. Juga ada rahasia untaian sejarah lama, sampai ke serangkaian Jenjang 500 antara Gunung Padang legenda sejarah Siti Nurbaya itu dengan Sentiong kawasan Bukit Gado-gado itu..

Di antara legenda yang terdapat di Bukit Gado-gado itu adalah (1) kesaktian wilayah Bukit Gado-gado, (2) tempat perulangan Harimau Cinkia Taluk Batangkapas, (3) Cerita monografik perspektif Toponimi, yakni aspek linguistik penamaan atau pengambilan nomenklatur Bukit Gado-gado, pasti ada cerita menarik. Selain legenda juga ada situs Prasasti Bukit Gado-Gado di antaranya ODCB Prasasti Bukit Gado-gado Batu Bertulis lainnya.

Di Bukit Gado-gado ini ditemukan Objek Dugaan Cagar Budaya (ODCB) prasasti batu bertulis cacing dan campuran tulisan kuno dan modern. Rusli Amran juga pernah menyebutnya. Namun belum ada deskripsi yang pasti prasasti ini dan kontennya. Selain sejarahnya kabur, juga kondisi ODCB ini mengalami vandalisme, sulit diidentifikasi. Untuk penelitian tidak pula mudah, dikabarkan harus minta izin karena kawasan ini sejak wacana pendirian anthena pemancar PT. TV Indosiar yang dulu dimilikinya untuk pendirian anthena pemancar PT. TV Indosiar itu, juga dikabarkan kawasan ini sudah dibeli dari warga pemilik lahan tempat ODCB Prasasti Bukit Gado-gado ini. Sila juga baca, https://rangkiangbudaya.wordpress.com/2013/05/27/dugaan-prasasti-di-bukit-gado-gado/). Juga dapat dibaca pada situs, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/bpcb-sumatera-barat-jajaki-temuan-yang-diduga-cagar-budaya-prasasti-bukit-gado-gado-padang/ lainnya.

Tentang kesaktian wilayah Bukit Gado-gado, juga banyak diceritakan. Bukit Gado-gado tidak bisa dikuasai sepihak para investor. Pernah akan dibangun hotel berbintang di sana tak jauh dari Sentiong. Lahan dibersihakn dan dipancang sesuai disain dan site bangunan. Didatangkan pengawas dan disetujui Wali Kota. Besoknya pengawasnya mati. Tak ada yang berani pemborong sesudah itu. (Baca juga Roselina Tjiptadinata, Perth: Kompasiana: 3 Oktober 2013, https://www.kompasiana.com/roselinatjiptadinata/ 552bbddc6ea834b37e8b4573/bukit-gadogado-di-kota-padang. Wallahu a’lam.

Terdapat dalam cerita rakyat dan mitos yang melegenda di luar Kota Padang. Di antaranya, dalam cerita rakyat Sumatera di Pesisir Selatan yakni di Nagari Taluk, Batangkapas. Cerita rakyat itu seperti menghubungan kebudayaan Nagari itu dengan Bukit Gado-gado.

Dalam cerita rakyat Taluk tadi, bahwa di nagari itu ada harimau pengawas keamanan Nagari. Asalnya dari pertarungan seorang orang tua di nagari itu dengan harimau Sumatera yang ganas. Pertarungan dimenangkan orang tua nagari itu. Harimau menyerah dan berjanji akan mengawasi nagari itu dari segala ancaman penjahat yang masuk ke nagari itu. Harimau itu ada “Harimau Panjang Sembilan” dan ada “Harimau Cingkia” yang dilansir masyarakat sangat ganas. Kedua harimau itu, menghambat setiap orang lewat yang punya niat jahat di nagari itu seperti mencuri dan atau mencelakai penduduk.

Sumber Ayek Tikar, M.Yunus T dan Agus Yusuf (dalam Sejarah Nagari Taluk), menceritakan pernah pemaling masuk ke nagari itu di kampung Koto Panjang. Harimau itu mencegatnya. Dan, pemaling atau perompak (rampok) itu minta ampun, dan mengembalikan hasil curiannya. Mereka selamat.

Disebutkan sumber cerita rakyat Taluk itu, khusus perjalanan Harimau Cingkia Taluk itu, perulangannnya sampai ke Bukit Gado-gado. Bolak balik dari Taluk ke Bukit Gado-gado. Hebatlah ceritanya. Menarik diceritakan kepada anak cucu, setidaknya cerita pengantar tidur, untuk mewariskan nilai sportif dan tidak mencuri serta tidak jahat. Itulah di antara mitos dan lagenda Bukit Gado-gado dan hubungannya dengan wilayah lain di luar Padang.

Dalam event Bukit Gado-gado, cerita rakyat ini penting menjadi bagian kegiatan kegiatan Festival Bukit Gado-gado. Boleh eventnya dalam bentuk “Story Telling”, taradisi bercerita mewariskan nilai kebenaran dan kejujuran serta sportiftivitas kepada anak-anak bangsa di daerah ini.

Tawaran event story telling ini drekomendasikan ke Dinas Pariwisata dan Bagian Kebudayaan dan yang merokomodir Festival Bukit Gado-gado Irawati Meuraksa. Justru story telling ini juga dapat menjadi bagian ragam kegiatan Festival dalam mendukung gagasannya sebagai Anggota DPRD Kota Padang, yang berharap banyak tumbuh event serupa dengan kegiatan yang beragam kekayaan budaya. Tokoh wanita pengusaha Irawati Meuraksa ini, menyebut ia siap mendukung. Justru ia berharap seperti Festival Bukit Gado-gado ini, dapat menyatukan masyarakat dengan budayanya sebagai identitas mereka bagi pengembangan destinasi dan DTW Budaya khususnya mulai dari Kota Padang. yy***