![]() Oleh: Yulizal Yunus Pusat Kebudayaan Minangkabau dan UIN Imam Bonjol Padang |
Tentang Ulama, Politisi dan Perjuang Kemerdekaan Malaysia Dato Seri Dr. Burhanuddin Al-Hilmi (1911-1969) digelari Bapak Kebangsaan Melayu, menarik sekali dibaca tulisan Dr Farid Mat Zain, dipublikasi Sinar Harian Malaysia – Jum’at 13 September 2024. Artikel populer itu dishare lebih luas oleh Dr. Farid, Pensyarah Kanan Pusat Kajian Bahasa Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), di FB-nya, dengan tajuk “Dari Suara Melayu Kepada Islam”.
Darah Minangkabau dan Arab
Ketokohan Burhanuddin Al-Hilmi ini dikenal familiar di Sumatera Barat. Justru ia seorang titisan darah dari salasilah ayah Minangkabau dan ibu Arab seperti juga disebut Dr. Farid. Ia anak sulung dari 8 bersaudara, lahir di Changkat Tualang, Taiping, Perak 29 Agustus 1911 dan wafat 25 Oktober 1969 dimakamkan di daerah kelahirannya itu.
Ayahnya bernama Muhammad Nur (Noor) Kasim, asal Sungai Jambu, Kabupaten (Luak Nan Tuo) Tanah Datar, Sumatera Barat. Ia ke Malaysia 1908 sekembalinya dari Hajj ilal bait (menunaikan Haji) di Makkah. Ibunya Sharifah Zahrah binti Habib Osman keturunan Arab duduk di Malaka.
Karena salasilah ayah dari Minangkabau, maka oleh Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (Y-PKM), tokoh Burhanuddin Al-Hilmi dimasukan sebagai salah entry pada buku (tiga jilid) “Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang”. Buku ini diterbitkan dan diluncurkan (launching) besar-besaran pada Hari Ulang Tahun Provinsi Sumatera Barat 1 Oktober 2023 di Truntun Padang Hotel oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah Datuk Marajo. Entry Burhanuddin Al-Hilmi ini ditulis Ketua Redaksinya sendiri Hasril Caniago, dibentang pada buku jilid I A-E (Padang: Y-PKM, 2023:388-390).

Tentang tokoh ini dari catatan Hasril Chaniago, penting pula dibaca buku yang ditulis Ramlah Adam, Sumbanganmu Dikenang (KL:DBP, 1996), yang menyebut Burhanuddin Al-Hilmi pejuang Melayu Raya di samping pejuang kemerdekaan Malaysia. Ada beberapa buku dan banyak tulisan tentang tokoh ini di antaranya, (1) Dr.Buhanuddin Al-Helmy Pemikiran dan Perjuangan oleh Kamarudin Jaffar, (2) Dr. Burhanuddin Al-Helmy oleh Saliha Hj. Hassan, Jurnal Jabatan Sejarah UKM, (3) Dr. Burhanuddin Al-Helmy Pejuang Melayu Sejati oleh Ismail Said. Tak kurang mahasiswa menulisnya sebagai karya ilmiah di berbagai perguruan tinggi, di antaranya terakhir Mahmud Ahmad menulisnya dalam bentuk Skripsi S-1 Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau, 2011 dengan tajuk Pemikiran Burhanuddin Al-Hilmi tentang Politik Melayu dan Islam (1911-1969).
Menimba Pengalamanan dari Banyak Negeri
Burhanuddin Al-Hilmi (nama lengkapnya Amir Burhanuddin bin Ungku Muhammad Noor), sempat menikmati pendidikan di Kampung ayahnya. Tak cukup sejak kecil mengaji Al-Qur’an dengan ayahnya itu Muhammad Noor dan belajar di sekolah Melayu. Ia diantar belajar ke banyak negeri. Farid menyebut, pada awalnya tokoh ini belajar pada Sekolah Melayu di Behrang Ulu, Perak. Dilanjutkan ke Bakap sehingga Darjah Tiga. Kemudian belajaran di Kota Bharu negeri yang sama. Sekitar tahun 1924, beliau menamatkan sekolah Melayu. Setelah balik dari Kampung ayahnya, ia belajar di Pondok Serai, Kedah. Kemudian diantar ayahnya ke Madrasah al-Mashoor al-Islamiyah, Kepala Batas, Pulau Pinang tahun 1927.
Hasril Chaniago mencatat, selama di Pulang Pinang, ia mendapat pengetahuan yang luas, karena banyak bacaan beredar di sana di samping mengenai pengetahua Islam juga informasi percaturan politik dunia, persoalan penjajahan barat dan reformasi Islam. Karenanya tidak saja ia di sana dapat menguasai bahasa Arab dengan baik sebut Farid, tetapi juga kata Hasril, ia dapat mematangkan pengetahuannya tentang politik antara bangsa dan Islam dan menimbulkan kebencian terahdap kaum penjajah barat terutama Inggris.
Mengetahui situasi dan kaya informasi perkembangan dunia, Burhanuddin ingin langlang buana sambil melanjutkan pendidikan. Ia beruntung, dengan prestasinya di Pulau Pinang ia mendapat simpati pedagang India Muslim dan memberinya beasiswa melanjutkan pengajian/ kuliah ke Universiti Aligarh, New Delhi, India tahun 1934 catat Hasril (dan Farid menyebut tahun 1928). Ia berhasil menamatkan kuliah di sana tahun 1936 dalam jurusan filsafat. Farid menyebut ia juga menamatkan pengajian dalam bidang perubatan homeopati dari Ismaeliah Medical College, dimungkinkan meraih gelar dokter.
Keluar Masuk Penjara Pertaruhkan Gagasan Besar
Dalam catatan saya Burhanuddin Al-Hilmi ialah tokoh yang mempunyai gagasan besar dunia. Di antaranya (1) Gagasan dan gerakan kemerdekaan melepaskan Malaysia dari kaum penjajah, (2) Gagasan Melayu Raya, dan (3) Gagasan Membentuk Tanah Melayu sebagai Negara Islam. Tiga gagasan besar Burhanuddin Al-Helmi yang integralistik ini dapat dipahami, karena ia banyak bergaul dengan tokoh dunia serta banyak menyimak dan mencermati percaturan politik antara bangsa, gerakan reformasi Islam dan tingkah laku kaum penjajah barat kala itu.
Pertama, Gagasan dan gerakan kemerdekaaan menumpas penjajah barat dilancarkan Burhanuddin Al-Hilmi, menambah besar varian perjalanan hidupnya dari penjara masuk penjara kaum penjajah itu. Meskipun berhadapan dengan penjara kaum penjajah, menariknya catatan Farid, bahwa ia tidak pernah boleh mengatakan ‘tidak’ dalam gerakan perjuangan kemerdekaan membebaskan Malaysia dari belenggu penjajahan kala itu. Ia terinspirasi ayat QS Al-Ra’du 13:11, “siapa lagi yang akan mengubah nasib kalau tidak kita sendiri” dari terjajah ke alam merdeka.
Pengalaman gerakan kemerdekaan ini setiaknya Burhanuddin dapat diperkirakan terinspirasi dangan pengalaman gerakan di berbagai bangsa yang diamatinya. Ketika di India ia dipastikan banyak menyalin pengalaman dan mengikuti pergerakan Mahatma Ghandi. Justru ia juga banyak berkenalan dengan pemimpin utama gerakan kemerdekaan India itu seperti disebut Farid dengan Muhammad Ali Jinnah dan Pandit Nehru. Cara-cara dan trik-trik gerakan kemerdekaan itu mempengaruhi pemikiran dan strategi gerakannya.
Dari India, Burhanuddin pun tidak langsung balik ke Malaysia. Ia menjadi qaumul rihalah (pelawat). Ia melawat ke Palestina dan Turki menyimak pengalaman dua bangsa itu yang amat menyentuh hatinya. Dalam perjalanan politiknya Burhanuddin Al-Hilmi pernah menjabat Yang DiPertua Agung (Presiden) Partai Islam se-Malaysia (PAS) sekembali dari Konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955. Ia memipin PAS dari tahun 1956 sampai tahun 1969. Sebelumnya ia sudah berperan penting juga di PAS. Tahun 1953 (Agustus-Oktober), ia pernah bersama PAS menyertai Persidangan Kebangsaan Tajaan UMNO-MCA. Pokok bahasannya cadangan untuk mendesak kerajaan British mengadakan Pilihan Raya Persekutuan tahun 1954. Arahnya sebagai langkah awal memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka.
Pada peinsipnya PAS mempertahankan pendirian dan kebijakan politik, bahwa Persekutuan Tanah Melayu adalah milik bangsa Melayu. Mendesak, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi negara menggantikan bahasa Inggeris. Memberikan sokongan sepenuhnya kepada Tunku Abdul Rahman dan rombongan ke London mendesak kerajaan British mengadakan pilihan raya. Karena kuatnya desakan itu akhirnya British menyetujui pilihan raya itu tahun 1955. Dua tahun kemudian Malaysia merdeka 31 Agustus 1957.
Kedua, dalam gerakan Melayu Raya. Ia amat tidak sependapat dengan tawaran Inggris tentang gagasan Malayin Union (Uni Malaya), karena diketahuinya dalam gagasan itu ada terselip niat jahat penjajah Inggris (British). Niat tak baik itu diketahuinya sudah sejak British menduduki Tanah Melayu 5 September 1945 sampai awal tahun 1950-an.
Inti pemikiran Malayin Union adalah peneruskan sistem Malaya British, berbentuk federasi negara-negara Melayu dan Straits Settlements. Tujuan hendak menyatukan Semenanjung Malaya di bawah satu pemerintahan dengan alasan bagi kemudahan administrasi. Tetapi sayang federasi itu hendak meninggalkan Singapura.
Penolakan gagasan itu oleh Burhanuddin Al-Hilmi, diirigi dengan aksi pengiriman besar-besar wakil PKMM mengikuti Kongres Melayu 1946. Disebut Farid, 22 Februari 1947, PKMM (Partai Kebangsaan Melayu Malaya) di bawah kepemimpinan Dr. Burhanuddin Al-Helmi melakukan aksi, membentuk Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA). Intinya menyatukan gerakan Melayu yang tidak sependapat dengan UMNO. Artinya minat Burhanuddin hendak mewujudkan gagasan Melayu Raya semakin menguat ketika ia memipim PKMM (1945-1948).
Seperti apa bentuk pasti, gagasan Melayu Raya digagas Burhanuddin Al-Hilmi? Apakah ia tertarik atau apa benang merahnya dengan teori Lebensraum sebagai landasan ideologi F.Ratsel dan atau konsep Lebensraum R.Kijellen yang menginspirasi negara organik dalam geopolitik PAN-Regionalisme seperti PAN Eropa, PAN Asianisme dan atau PAN-Melayu? Menarik menjadi kajian selanjutnya yang lebih mendalam tentang pemikiran Burhanuddin Al-Hilmi.
Namum pernah terbetik gagasan itu, ketika ada pembicaraan tidak resmi antara Burhanuddin Al-Hilmi dan Haji Yacob dengan Presiden Soekarno. Perbincangan itu dalam event Konferensi Asi Afrika di Bandung 18-24 April 1955. Haji Yacob Ketua KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia dan Semenanjung) teman lama Burhanuddin Al-Hilmi di PKMM. KRIS kuat memperjuangkan kemerdekaan Tanah Melayu sebagai Bagian dari Indonesia. Perbincangan dengan Presiden Soekarno tadi, sempat menyinggung konsep Indonesia Raya di mana Malaysia Merdeka akan menjadi Bagian dari Indonesia (Hasril Chaniago, 2023:389). Bagaimana konsep ini muncul dalam tataran gagasan Melayu Raya, menarik menjadi kajian mendalam berikutnya.
Katiga, Gagasan Membentuk Tanah Melayu sebagai Negara Islam. Secara sosio-historis identitas Islam dan Melayu Malaysia saling berdialektika dan menggerakkan dinamika saya kira tak kurang ditegakan Anwar Ibarahim dalam gagasan Malaysia Madani, adalah penting menjadi kajian terkini. Dicermati sejauh mana ada kaitan dengan hembusan gagasan Burhanuddin Al-Hilmi membentuk Tanah Melayu sebagai Negara Islam.
Sebagai ulama dan politisi, Burhanuddin Al-Hilmi sudah sejak dari Pulau Pinang mempunyai perhatian tentang reformasi Islam, gerakan kemerdekaan serta hasrat untuk merdeka bebas dari kaum penjajah, di samping banyak mengikuti perkembangan antara bangsa kala itu. Dari Pulau Pinang ia ke India. Dari India tidak langsung pulang ke Malaysia, ia melawat ke Turki dan Palestina. Dipastikan ia menyaksikan bagaimana gerakan Islam terintegrasi dengan kebangsaan di sana.
Sekembalinya ke Malaysia, Burhanuddin mengembangkan karir politiknya di samping mengajar bahasa Arab di Madrasah Al-Junied al-Islamiyah, Singapura. Selain mengajar ia juga menjadi penulis layaknya seorang jurnalis (wartawan) dan menerbitkan Majalah Taman Bahagia yang tak disukai penjajah. Karena dari aksinya itu diketahui ia mempunyai pena yang tajam menikam penjajah. Ketajaman pemikirannya itu dapat juga ditelusuri dari buku yang ditulisnya di antaranya: (1) Perjuangan Kita, 1946, (2) Falsafat Kebangsaan Melayu 1954, (3) Agama dan Politik, 1954, (4) Ideologi Politik Islam, 1957 lainnya.
Gerah juga pemerintahan penjajah dibuatnya saat itu, karena aksi dan semangat ke-Islaman dan kebangsaannya yang kuat. Faktanya satu di antara tulisannya tentang penganiayaan rakyat Palestina oleh penjajah Inggris, yang pernah ia saksikan sendiri ketika ia di Palestina, membuat pemerintahan penjajah geram. Ia ditangkap dipencara selama 6 bulan.
Ketika Burhanuddin menentang Keputusan Mahkamah Tinggi Singapura mengenai kasus Maria Hertogh (Natrah, nama Islam), dimungkinkan karena semangat Islam dan kebangsaannya yang kuat. Dalam pandangannya dalam menegakan persaudaraan Islam sesuai esensi ajaran Islm dapat menjadi konten kebangsaan Melayu yang berdiri kokoh di bumi Tanah Melayu. Sialnya ia keburu ditangkap penguasa Singapura dan dipenjara selama 3 tahun (1950-1953).
Ketika Malaysia sudah merdeka, ia pernah menjadi anggota/ ahli Parlemen dari PAS, sebagai kemenangan meraih kursi di Besut, Terengganu pada Sempena Pilihan Raya Umum tahun 1959. Disebut Farid, suaranya nyaring di Parlemen Persekutuan Tanah Melayu. Pikirannya menjadi isu penting dan aktual mengundang perdebatkan anggota Dewan Parlemen maupun di luar Parlemen.
Meskipun pemikirannya konstruktif bagi kemajuan negara, naum kemudian ia bersama tokoh lainnya seperti Ahmad Boestamam dan Khadijah Sidek dimasukan ke dalam kelompok oposisi (pembangkang) oleh partai-partai lainnya lawan politik. Akhirnya ia ditangkap juga tahun 1965 dipenjara selama 1 tahun di bawah Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA), atas tuduhan tuduhan bersekutu hendak menggulingkan Kerajaan Malaysia dan membangun sebuah pemerintah pengganti yang lebih ramah kepada Indonesia seperti disebut beberapa situs.
Semangat Islam dan kebangsaan Melayu seorang cooperate nasionalist sebut Ramlah Adam dalam bukunya “Burhanuddin Al-Hilmi Suatu Kemelut Politik” (KL:DBP, 2000:145), Bapak Kebangsaan Melayu Burhanuddin Al-Hilmi ini membawa corak baru perubahan dalam pemikiran Islam dan politik keangsaan dan melayu. Ia menjadi bagian catatan sejarah penting sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Malaysia yang teguh dengan prinsip kebenaran yang digagasnya. Ia mempertahankan gagasannya tak gentar keluar masuk penjara sejak era penjajahan. Dari varian hidupnya ini, ada banyak bagian yang menginspirasi bagi perjuangan bangsa-bangsa Melayu. Ia boleh disebut “inspiring leader” juga, yang patut dikenang dan diteladani, tidak saja di Malaysia, Singapura, Indonesia juga di Tanah Melayu umumnya.**