Adat  

Evaluasi Ujicoba Implementasi Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Minangkabau di PAUD, SD, dan SMP Kota Solok

Tim Ahli Mulok BSM Kota Solok diberi Piagam oleh Walikota yang diserahkan Kadisdik Dra. Hj. Rosavella, YD., MM (17/09/2022).

Oleh: Dr. Hasanuddin Dt.Tan Patiah

FIKIR.ID – Akhir-akhir ini perjalanan keluar kota selalu dikawal. Seloroh teman, itu soal truth. Kataku bisa saja dan multidimensi tapi intinya tanpa kawalan mobil ini hanya punya pedal gas. Pengawal bertugas urus pedal remnya, jelasku.

“Pagi sekali, sebelum subuh, kita harus berangkat”, kataku ke pendamping setia.

“Siap suami”, jawabnya tegas, mirip saat latihan pramuka atau jadi komandan upacara waktu masih belia di Madrasah.

Perjalanan ke Kota Solok sesungguhnya hanya bisa ditempuh sekitar satu jam karena berjarak 70an KM. Akan tetapi, karena ada material yang siap meluncur dari beberapa titik di jajaran Bukit Barisan dan mengancam pengguna jalan di Sitinjau Laut, ya Kami memilih jalan berbelok dua kali lebih panjang.

Oleh itu, sholat Subuh mesti di jalan (tentu maksudnya di masjid atau musholla yang dijumpai dalam perjalanan) sekaligus bisa mampir sarapan Katupek Pitalah dan tidak telat atau tergesa memburu waktu.

Akhirnya ontime sampai di SDN 13 Simpang Rumbio, walaupun karena sesuatu dan lain hal mulai acara tetap telat satu jam. Titian binaso lapuak, janji binaso mungkie, apa boleh buat, kelok loyang turuti kelok lilin saja, pikirku.

Keseriusan Penuh Dedikasi

Keseriusan pimpinan dan jajaran Disdik Kota Solok dalam implementasi Kurikulum Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau (BSM) memang patut diacungi jempol. Mengapa tidak. Tahapan proses dirumuskan rapi lalu diikuti secara konsisten. Kepala OPD itu benar-benar turun, pegang, dan kawal eksekusinya. Artinya, urusan Mulok BSM tidak dilepas menjadi urusan Kabid apalagi Kasi terkait saja.

Tim Ahli yang berkontribusi sejak awal adalah Dr. Hasanuddin, M. Si., Datuk Tan Patih dari Sastra Minangkabau FIB UNAND yang membidani prihal konten BSM. Selain itu ada dua pakar pedagogik dari UNP, yakni Dr. Erianjoni, M. Si., dan Drs. Junaidi Indrawadi, M. Pd. Ini tim solid sejak 2019 saat mengonstruksi Kurikulum Mulok BSM untuk Kota Pariaman yang telah diimplementasikan pada Juli 2020.

Disdik Kota Solok bekerja sangat rapi dan terukur. Sejak disepakati dengan Tim Ahli pada 4 Februari 2022, fase-fase penting pun dilalui: fgd mulok, konstruksi KI & KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) oleh tim ahli, bimtek penulisan bahan ajar untuk 56 guru penulis, studi literatur ke Sastra Minangkabau FIB dan Perpustakaan Terakreditasi A di Unand, lalu uji publik (1/6/22), penetapan implementasi (mulai 1/7/22), lounching (4/8/22), dan kini pun dilakukan evaluasi ke-1.

Kadisdik Kota Solok concern dan penuh dedikasi untuk Mulok BSM. Ibu Dra. Hj. Rosavella, YD. itu optimis dan perfektif. Kata-kata motivasnya untuk 70 peserta yang terdiri dari pengawas dan guru:

“Kita akan tuntaskan ujicoba ini sampai Desember 2022. Kita berharap dokumen pembelajaran dan efektifitas penyelenggaraan Mulok ini sepurna. Itu sumbangan terbaik Kita untuk Kota Solok”.

Menulari Sumbar

Rupanya kerja rapi dan sukses Disdik Kota yang unik itu, satu kota yang merupakan jelmaan dari satu nagari (satu negara lama), tersiar ke seantero. Akibatnya, sudah panjang antrian untuk kolega Disdik se Sumbar yang ingin benchmarking. Demikian kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dr. Asrinur, M. Pd.

Tidak dapat dipungkiri, hal itu menjadi salah satu tantangan untuk memantapkan model, memaksimalkan mutu materi, dan melengkapkan sumber belajar untuk Mulok BSM ini. Modul, buku, video pembelajaran dan konteks sosial budaya tempat mulok itu tersimpan mesti dikemas sedemikian rupa.

Tidak sia-sia kerja “full tim dan full time” Disdik itu. Selain Kadis dan Kabiddikdas, Kepala Bidang Paud dan PNF (Sri Puji Astuti, Med., Ph.D.), Kepala Seksi Kurikulum dan Peserta Didik (Juniarti, M. Pd.), serta staf terkait juga terlibat penuh sejak mula.

Beberapa Catatan
Hasil kerja pendampingan dan evaluasi diperoleh beberapa catatan tasurek dan tasirek.

Persoalan pertama (nan tasirek) adalah prihal guru, yang tidak dapat tidak, menghadapi problema kompetensi karena tidak ada yang berbasis pendidikan Bahasa dan Sastra Minangkabau. Prodi satu-satunya di dunia yang mencetak Sarjana Bahasa dan Sastra Minangkabau ada di UNAND sejak 1985. Cuma, selama ini belum ada ruang lapang untuk menjadi guru bagi lulusannya karena mata pelajaran Mulok Sumbar sendiri marginal dan makanya PPG (dulu Akta) khusus untuk itu belum ada.

Di samping itu, bagi guru luar bidang studi, mengajar BSM berati tambahan jam pelajaran (jp) beban mengajar yang tidak diperhitungkan dalam sertifikasi. Begitu juga manakala mengajar Mulok BSM dibebankan kepada guru dengan status honorer (marginal) dengan jumlah jp besar tapi bayaran tidak seberapa. Maka sepertinya, sementara ini, sampai perjuangan aparat Disdik dan pemangku kebijakan membuahkan hasil dalam realisasi rekruitment guru dan PPG khusus BSM, Kita harus tumpangkan harap keikhlasan para pahlawan tanpa tanda jasa di Kota Solok ini.

Persoalan kedua (nan tasurek) adalah prihal kelengkapan bahan ajar yang secara efektif mendukung tiga dimensi kompetensi (knowledge, skill, dan attitude). Sebagaimana tuntutan KI & KD, media belajar adalah teks, berbahasa Minangkabau dan dengan aksara Latin dan Arab-Melayu. Menjadi persoalan karena rupanya aksara Arab-Melayu sudah terasing dalam literasi kita. Bukankah sama dan sebangun dengan konten Bidaya Minangkabau yang sebagian besar (kalau tidak keseluruhan) adalah sesuatu yang baru atau asing bagi kita apalagi bagi generasi milenial hari ini? Tidakkah Bahasa-Sastra-Budaya Minangkabau banyak ada dalam literatur dibanding dalam kehidupan nyata orang Minangkabau itu hari ini? Ya sudahlah, makanya perlu rekonstruksi, reedukasi, dan reinstitusionalisasi dalam rangka revitalisasi.

Juga mengemuka soal proporsi konten budaya Minangkabau umum (adat nan sabatang panjang) dengan budaya Kota Solok (adat salingka nagari). Saya jadi teringat pula polemik panjang dan heboh soal itu di UU 17/ 2022 tentang Provinsi Sumatera Barat.

Akibatnya, saya mendukung penguatan dan pelengkapan konten (meliputi aspek bahasa, sastra, budaya, dan nilai-nilai karakter) di bahan ajar serta perlunya pelatihan atau pembekalan bagi guru-guru. Tidak kalah penting, adanya tuntutan transformasi-adaptif Mulok BSM dari K13 (Kurikulum 2013) menuju KM (Kurikulum Merdeka). Hal itu pun saya sanggupi (bila diminta). Mengapa optimis? Bukan karena merasa serbatahu tapi karena memang telah diakui (disertifikasi) sebagai Pelatih Ahli (entah mengapa sekarang nomenklatur diganti menjadi fasilitator saja) Sekolah Penggerak oleh Kemdikbud RI (2021).

Di akhir acara (dalam pleno) Saya sampaikan melistone visioner Pembelajaran Mulok BSM Sumatera Barat. Obsesi itu sebelumnya juga telah diutarakan pada Pertemuan dengan Kadis beserta para Kabid dan Kacabdin Disdikprov, yang turut dihadiri Kadisbudprov dan Anggota Subkoord ABS SBK Majelis Pertimbangan Kelitbangan Gubernur atas undangan Kabalitbangdaprov, pada 12/09/22 lalu.

Isinya sebuah fiksi tentang tahapan pencapaian bila Mulok BSM diajarkan runtut, sinergis, dan serentak di Sumatera Barat sejak dini (Paud) sampai SMA bahkan perguruan tinggi mulai 2023. Insya Allah, pada 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka) Sumatera Barat akan kembali menyumbang putra-putra terbaik bagi Generasi Emas Indonesia. Bukankah 3 dari 4 “The Founding Father Republik Indonesia 1945” adalah putra Minangkabau? Mereka adalah Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka. Satu-satunya selain putra Minangkabau adalah Sukarno. Itu esensi “mambangkik tareh tarandam Minangkabau” yang sesungguhnya, pikir saya. Wallahu alam.