Budaya  

Tari Kain Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan, Ini Sejarah dan Filosofinya

Penampilan Tari Kain di Ladang Tari Nan Jombang Dance Company

Di samping fungsi pakaian pesilat, Tari Kain berfungsi sebagai batu uji saat pendekar menamatkan kaji disebut “mamutuih kaji” (memutus kaji) dan dinobatkan menjadi pendekar. Pada acara mamutuih kaji itu. Lolos dari ujian dan dinobatkan anak sasian (berkarakter) pendekar, maka dilepas guru silatnya dari sasaran silatnya.

Mungkin pendekar itu, pergi ke daerah lain atau merantau, di sana mendirikan pula sasaran silat (perguruan silat) baru yang tidak lepas dari sanat sasaran gurunya.

Penampilan Tari Kain di Nan Jombang Dance Company

Dari perspektif orang muda, tari kain berfungsi pula sebagai permainan pergaulan, ajang komunikasi dan interaksi hubungan antar kelompok sosial. Tari ini sekarang dapat dihadirkan pada alek (pesta) nagari di (tengah dan atau di penghujung) malam hari.

Karena itu, pada masa dahulu, Tari Kain di nagari (kerajaan dan limbago penghulu) dipertunjukan pada acara penyambutan tamu-tamu penting, yang memperlihatkan ketangkasan silat dubalang penghulu dan hulubalang raja dalam mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

Pertunjukan Tari Kain, tampil 2 penari. Gerakan mengikuti irama dendang yang diiringi instrument musik adok. Ditwdb (2019, lihat juga Wikipedia) mencatat, gerakan tari kain punya 7 ragam dan 21 jenis. Gerakannya itu bermula dari pembukaan, pasambahan depan, pasambahan samping, pasambahan belakang, salam, ambiak langkah, langkah satu, gelek.

Selanjutnya, langkah tarik belakang, langkah tigo, langkah maju, pisawek gantuang, langkah gantuang, langkah mereng,gelek kaduo, kipeh kain, gerak ampun, maagiah umpan, umpan, manjapuik umpan kanan, dan manjapuik umpah kiri, salam penutup.

Junaidi Chan pimpin Sanggar Seni Puti Gubalo Intan, menceritakan synopsis cerita yang digelar Tari Kain yang dikembangkannya. Secara historis katanya, Tari Kain Tradisi Indrapura menceritakan Dubalang Raja Kesultan Indrapura. Bernama Dang Kumbang. Ia berbadan dan tinggi punya ilmu kebal, tak satu senjatapun mempan menerkamnya. Kebiasaan, kain panjang selalu melilit di lehernya.

Pada suatu pesta, tujuh hari tujuh malam di kerajaan, segala kesenian dan silat tampil. Dang Kumbang hadir. Tiba ia dihadang dan dikeroyok para pemuda mabuk. Ia buka kain panjang meilit lehernya. Dipacah (dibukanya) langkah tigo (tiga) dan menari-nari serta berlagu.

Menjambo-jambo (merukuk) seperti orang bertanam padi. Basisurik (surut) seperti orang basiang (bersiang) padi. Saat itu keluar raja dan permaisuri ke beranda melihat pesta. Permaisuri berkata, rancak bana, indah tarinya dan merdu lagunya. Raja bertanya, Dang Kumbang menjawab “permainan”. Lalu ia susun dayang-dayang dan menarikan “Tari Kain”.