FIKIR.ID — Minang Film Festival (Miffest) ke-9 resmi ditutup di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam, Kampus ISI Padangpanjang, Jumat (17/10). Ajang tahunan yang digelar sejak 13 Oktober ini menjadi wadah apresiasi bagi sineas muda.
Dengan tema “Bersinema dengan Pelaku Budaya”, Miffest menghadirkan karya-karya segar dari berbagai komunitas, mahasiswa, dan pelajar. Festival ini melahirkan banyak talenta baru yang siap berkiprah di dunia perfilman nasional.
Pada kategori Komunitas, film “Mejaguran” dari Mathama Pictures keluar sebagai Juara 1 dan sekaligus memborong penghargaan Penulis Naskah, Editing, serta Penyutradaraan Terbaik atas nama Herda Martin. Juara 2 diraih film “Sarjana Seni dari Mata Seekor Cicak Short Movie” dari BDJG Media Creative yang juga meraih Sinematografi Terbaik oleh Fathi Yakan.
Di kategori Mahasiswa, film “Asa” dari Universitas Padjajaran menyabet Juara 1 sekaligus dua penghargaan bergengsi yaitu Penulis Naskah Terbaik (Riandi Firmansyah) dan Penyutradaraan Terbaik (Rafi Ashfarhan). Sedangkan “Pham” dari ISI Yogyakarta dan “Deal!” dari ISI Surakarta masing-masing menempati posisi Juara 2 dan 3.
Untuk kategori Pelajar, film “Baliak Ka Surau” karya siswa SMKN 4 Padang menjadi Juara 1, disusul “Babaliak Ka Surau” dari SMKN 4 Payakumbuh dan “Pituah Manuntun Arah” dari SMKN 1 Bukittinggi. Penghargaan Penulis Naskah Terbaik diraih Ulva Tuna Zhifa lewat film “Tanda Merah Tapak Suci”, sementara Penyutradaraan Terbaik diraih Pitri Masyuni dengan film “Pantang Baliak Sabalun Dapek”.
Wali Kota Allex Saputra, yang hadir menutup kegiatan ini, menyampaikan apresiasi atas karya-karya anak muda tersebut. “Tayangan film menjadi tuntunan yang baik. Kami berharap dari ISI Padangpanjang lahir tokoh nasional yang membawa nama besar daerah ini,” ujarnya.
Wakil Wali Kota turut memotivasi mahasiswa agar berani bermimpi dan berkiprah di dunia industri kreatif, terlebih menghadapi bonus demografi yang menuntut generasi muda lebih produktif dan inovatif.
Sementara itu, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Padangpanjang, Dr. Rizwel Zam, S.Sn., menyebut Miffest tahun ini berhasil menumbuhkan semangat baru dalam perfilman Minang.
“Film bukan sekadar hiburan, tetapi media seni yang mengandung pesan, filosofi, dan kebahagiaan. Tantangan ke depan, bagaimana sineas muda bisa terus mengangkat muatan lokal dan sejarah daerah,” ungkapnya.
Penutupan festival juga dimeriahkan oleh penampilan orkes Taman Bunga yang menambah hangat suasana bagi para insan film muda.