FIKIR.ID – Lebaran 2022 psikologi rasa terbebas dari Pandemi Covid-19. Nyaman silaturrahmi. Singgah dari rumah ke rumah. Malah tak ada khawatir ke tempat wisata. Tadi rabu siang, 4 Mei 2022, saya sempat mengatarkan keluarga (Sukrawati). Reunian alumni SMPN Batangkapas ke Pantai Tan Sri Dano Taluk Batangkapas, terasa plong dan refresh.
Sementara belum banyak datang reunian, Imam Yurizal berumah di tepi pantai elok baso. Belum datang teman, lapiak sudah dibentang. Untuk duduk di pantai dan sajadah shalat zuhur. Istrinya sudah menyiapkan kopi siang dan sore.
Enak kopi terasa, sambil makan kue Hari Raya. Kue-kue dibawa sebagian alumni. Erwin, Yanti, Ermi, Erman, Yusneti, Fetriwanti memulai cerita pengantar. Asyik bercengkrama, terkesan akrab. Pantai dengan views Indah, terasa lebih menginspirasi. Teringat cerita tokoh legendaris Tan Sri Dano, yang menjadi nama pantai Taluk ini.
Siapa Tan Sri Dano? Fikir.id sudah banyak mempublikasi sebelumnya. Diaminin, Tan Sri Dano itu ialah panglima di Pantai Barat. Ia seperti pameran tokoh dalam icon teks Pesisir Selatan “camar di laut, gagak di darat”. Berani, mengawal pantai dan daratan menangkal ancaman keamanan. Imprerialis Portugis yang berdagang di Taluk pun segan kepadanya. Meskipun, masa itu Portugis mempunyai bodyguard (pengawal) dari unsur Rupit (Upit). Seperti dikutip Fikir.id dari sumber Agus Yusuf (2000) dari cerita Ibnu Abbas Dt.Rajo Bagindo (1991) menyebut Upit itu orang Portugis sendiri. Rupit berperawakan besar tinggi dan ganas sekali. Kalau berlabuh di Banda Sapuluah Palangai- Balaiselasa, ia menembak kearah darat sampai ke bukit belakang Limau Sundai. Namun ketika orang Rupit itu ke Taluak membuat salvo masuk di Kualo (Muara) Banda Sapuluah Taluak ditantang Tan Sri Dano. Main-main bisa dilumpuhkannya. Masih keras kepala, diakali. Suatu ketika dibuat pesta pasar malam. Berani, diajak minum tuak di pesta pasar malam Sungai Tuak , Koto Panjang. Gelas tuaknya bambu runcing, diisi penuh tuak. Ketika pimpinan Rupit minum, tiba-tiba ditekankan ke korongkongannya, berakibat ia taluak (terbatuk) muntah dan mati. Taluak itu menjadi Taluk, nama nagari, memori sejarah kekalahan Raja Rupit dan atau Portugis itu.
Jejak sejarah kekalahan Rupit itu, terdapat banyak makam di Taluak dengan mejan panjang dalam bentuk batu tumbuh/ hidup. Tan Sri Dano di samping panglima ia juga ulama disebut bergelar Burhanuddin (abad ke-16). Ada yang mengaitkan dengan surau tuo di Painan sebagai sentra dakwah dan pengajaran agama sejak awal di Pesisir Selatan.
Makam Tan Sri Dano pun terdapat di Nagari Taluak dengan mejan yang indah, namun belum disentuh penelitian Cagar Budaya. Disebut asalnya dari suku kampai tangah/ bendang di Taluak, gelar datuknya sudah lama terlipat (tareh tarandam). Tan pada pangkal nama Sri Dano adalah gelar singkatan dari Sultan (raja), sebagai limpahan kebesaran dan tuahnya dalam jabatannya sebagai panglima pantai barat sampai ke kawasan Bengkulu. Asalnya disebut dari Taluak, Banda Sapuluah (Kota-kota pantai basis pelabuhan) adalah kerabat kapak radai Alam Surambi Sungai Pagu hunian anak cucu ninik 60 kurang aso (60-1=59) pimpinan Tuanku Rajo Bagindo. Artinya, asal usulnya pastilah dari Alam Surambi Sungai Pagu. Kuat dugaan dari suku Bendang nan-4 (berempat) pimpinan Inyiak Majolelo dalam kampai nan-24 ibu, yang turun ke Banda Sapuluah. Inilah bagian sejarah penamaan Pantai Tan Sri Dano. Orbitasi pantainya lurus memanjang dari Utara ke Selatan, lebih kurang 2 km, mulai dari Ujung Pancin (Batu Manjongo/ tanjung berbatu di utara) sampai ke Batu Manjongo (tanjung berbatu di selatan) dan Ayia Mati (Air Kering) di lokasi pelabuhan Banda Sapuluah pelabuhan Banda (kota pantai) Taluak dahulu sejarah tempat bercatur kapal dagang asing di Pantai Barat.
Sekarang seperti dinikmati pantainya teduh dengan penghijauan, kayu aur cino atau awuo tongga atau cemara laut. Pantai teduh, angin mamiri kadang membadai dari laut. Gerah segera sejuk. Pantai dihiasi musik alam gedebur ombak dan nafas pantai ombak surut dengan desah alam yang indah. Karenanya pantai ramai dikunjungi. Terdapat permainan anak-anak di Sungai Taluk. Menawarkan hamparan pantai untuk duduk bersama, bermusyawah dan bersilaturrahmi, keluarga atau reunian seperti alumni SMPN Batangkapas, Rabu 4 Mei 2022 siang itu. ***yulizal yunus